Selamat Datang

Terimakasih anda telah mengunjungi Blog MGMP Matematika SMA Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah Indonesia.
Blog ini dimaksudkan sebagai media komunikasi & publikasi hasil karya bagi anggota dan teman sejawat serta siapapun yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di tanah air. Redaksi menerima naskah berupa info penting seputar penelitian & pendidikan serta pengembangan profesi guru. Tulisan juga dapat berupa hasil karya tulis, makalah, hasil penelitian baik berupa PTK maupun lainnya. Naskah yang layak akan diposting dalam blog ini, dan insyaAllah akan mendapatkan pahala dari Allah S.W.T. Naskah dapat dikirim melalui e-mail : jumbadi_smancolkra@yahoo.co.id

Sabtu, 01 Maret 2008

Bagaimana Membuat PTK ?

Oleh:
Prof. Dr. Sukestiyarno
Dosen Matematika UNNES

Editor: Drs. Jumbadi, M.Pd.
Ketua MGMP Matematika SMA Kabupaten Karanganyar Jateng

A. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningakatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadahi, penyediaan sarana belajar, dan lain sebagainya. Dari semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik memduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak positif tersebut berupa 1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pesmbelajaran yang dihadapi secara nyata, 2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar, 3) peningkatan keprofesionalan pendidik, 4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Upaya meningkatkan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan penelitian pengembangan (reseach development). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top down dan sangat teoritis. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya dengan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), atau School based quality management. Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri, dan bersifat pragmatis naturalistic.
MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik pada tataran praktis implementasional maupun dalam tataran gagasan konseptual. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat, produktif, dan dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan tersebut bisa dilakukan antar guru bidang studi atau bisa juga antara guru dengan lembaga pendidikan tinggi pada bidang yang sesuai. Kemitraan tersebut berguna untuk pengelolaan pembelajaran untuk pengembangan. Dalam kemitraan tersebut kedua belah pihak bisa saling diskusi, memberi masukan, dan memutuskan sesuatu secara kolaboratif.
Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapt dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antar guru maupun antara dosen dan guru. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah psendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharpkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di kalangan sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah pembelajaran menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan mutualistis.

B. Pengertian dan Karakteristik PTK

B.1 Pengertian Dasar Penelitian Tindakan

Berikut ini beberapa pengertian dasar tentang penelitian tindakan.

1. Penelitian Tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi/ partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.
2. Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain/ dilengkapi dengan fakta-fakta, dan mengembangkan kemampuan analisis.
3. Dalam prakteknya/ penelitian tindakan menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Ini adalah suatu upaya memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya/Pihak yang terlibat (guru, widyaiswara, instruktur, kepala sekolah, dan warga masyarakat) mencoba dengan sadar merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.
Pengertian di atas merupakan pengertian umum tentang pengertian penelitian tindakan. Oleh karena itu melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk suatu institusi, lembaga negeri atau swasta atau pun pihak ekonomi lemah ke bawah. Pengertian penelitian tindakan kelas lebih khusus terjadi hanya dalam kelas.
Dalam literatur berbahasa inggris, PTK disebut dengan classroom action research. Jadi PTK adalah suatu penelitian tindakan yang terjadi dalam pembelajaran. Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Jerman, Amerika, Inggris, Australia dan lain sebagainya. Para ahli penelitian pendidikan akhri-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program disekolahnya daengan mengkaji berbagi indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau kesberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Dengan kata lain, sebagaimana dikemukakan di atas melalui PTK para guru dan pendidik memperoleh teori yang dibangun sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak lain.

B.2 Unsur-unsur yang ada dalam PTK

Pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap, diartikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tidakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK itu dilaksanakan berupa proses, pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, meliputi:
a. Perencanaan (planning): Setelah masalah yang ada dalam kelas teridentifikasi, selanjutnya merancang mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebelum melakukan suatu tindakan untuk memecahkan masalahnya, hal yang sangat penting adalah secara kolaborasi membuat suatu perencanaan (planning) tentang materi, langkah, dan evaluasi untuk mencapai target solusi yang diinginkan. Perencanaan harus disusun sedemikian rupa bertahap yang memberi petunjuk praktis tentang apa yang harus dilakukan. Perencanaan berupa tahapan kegiatan tersebut bersifat fleksibel sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi di lapangan pelaksanaan sebelumnya. Dalam penyusunan rancangan ini peneliti perlu menentukan titik atau focus permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Selanjutnya perlu disiapkan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaiannya. Dalam hal ini pada umumnya guru (peneliti) menyusun apa yang dinamakan rencana pembelajaran (satuan acara pembelajaran).
b. Pelaksanaan tindakan (acting): Pada tahap ini peneliti melaksanakan dari segala sesuatu yang sudah direncanakan. Pad kegiatan pelaksanaan ini guru sebagai pelaksana harus bersifat jujur, taat terhadap apa yang sudah direncanakan, tidak terkesan dibuat-buat. Pada pelaksanaannya suatu tindakan baru harus lebih menonjol dilakukan, karena sesuatu yang baru dicobakan tersebut akan diamati, dievalusi dan dipakai sebagai bahan melakukan refleksi.
c. Pengamatan (observing): Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh tim pengamat dimana sebagai tim pengamat bukan guru yang sedang melaksanakan tindakan melainkan orang yang menjadi kolaborator dalam PTK ini. Hal yang diamati adalah suatu kegiatan perubahan pada focus pengamatan (variable) yang terjadi pada diri subyek pengamatan disaat atau akhir dari pelaksanaan tindakan point b di atas.
d. Refleksi (reflecting): Pada kegiatan pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, dan mendapatkan data dari hasil pengamatan. Bersama tim kolaborasi melakukan evaluasi dari apa yang sudah dilaksanakan dan diamati. Dari kegiatan inilah selanjutkan melakukan reflesi (pemantulan). Hasil reflesi ini sangat berguna untuk meninjau kembali pada perencanaan yang telah disusun untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Pada focus rancangan kegiatan mana yang harus dilakukan perubahan atau perbaikan. Program perbaikan inilah yang akan menyempurnakan rancangan kegiatan yang dibuat secara kolaboratif tersebut.

PTK merupakan kegiatan penelitan yang bertugas melakukan perbaikan atau peningkatan terhadap pembelajaran. Kegiatan perbaikan tersebut terus dilakukan perulangan hingga mencapai suatu target yang diharapkan. Kegiatan keempat tahap dalam PTK tersebut di atas adalah merupakan suatu kegiatan satu siklus. Pada siklus berikutnya akan melakukan hal yang sama mulai dari perencanaan hingga refleksi. Kegiatan yang terus berulang tersebut adalah merupakan ciri khas dalam PTK.
Kegiatan berupa siklus tersebtu menimbulkan pertanyaan, sampai berapa siklus dalam PTK harus dilakukan. Kegiatan berupa siklus ke siklus berikutnya harus mendapatkan suatu perubahan perbaikan atau peningkatan terhadap suatu hal yang positif, atau pengurangan terhadap hal negatif. Bagaimanapun juga jumlah siklus juga harus ada batasnya, banyaknya siklus harus bisa dirancang dengan baik. Rancangan secara kolaboratif akan dapat diprediksi kapan ketercapaian suatu hasil yang diinginkan dapat di raih. Oleh karena pada PTK ingin melihat perubahan sebagai saran yang baik banyaknya siklus minimal 2 siklus, dan maksimal tidak ada batasnya, akan tetapi rancangan siklus lebih dari 4 siklus merupakan kegiatan yang menjemukan.
Pertanyaan kedua muncul, apabila sudah merancang 3 siklus, kemudian apa yang dilakukan bila pada akhir siklus ke 3 belum tuntas (tercapai), sebaliknya apabila pada siklus ke 2 sudah tuntas semua pada semua yang menjadi focus pengamatan? Apabila siklus ke 3 belum tuntas, peraturannya harus merancang siklus berikutnya, tetapi bila pada siklus ke dua sudah tuntas, siklus selanjutnya tetap dilaksanakan dengan cara melestarikan rancangan yang sudah baik dilaksanakan. Gambaran antar siklus dapat ditunjukkan seperti gambar berikut:
-proses pelaksanaan
- proses pengamatan
refleksi Siklus I
-proses pelaksanaan
- proses pengamatan
refleksi Siklus II
Plan revisi Plan

B.3. Karakteristik PTK

Berdasarkan apa yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat dicermati karakteristik PTK yang berbeda dari karakteristik penelitian formal lainya. Pada PTK mempunyai ciri karakteristik antara lain.
a. Berpijak pada permasalahan praktis
Karakteristik pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelsa atau sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Disini PTK bertujuan untuk memperbaiki praksis secara langsung, disini, dan sekarang. PTK memusatkan pertahatian pada permasalahn yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu penghiraukan kereprsentativan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Tujuan PTK bukanlah menemukan pengetahuan baru melainkan memperbaiki sesuatu yang sudah ada. PTK dilaksanakan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun jangkauan keterterapannya lebih terbatas. Proses temuan dan implikasi PTK didokumentasikan secara cermat sehingga terbuka bagi tim sejawat.
b. Penelitian bersifat kolaboratif
PTK tidak dapat diselenggarakan secara mandiri. Dalam PTK membutuhkan pemikiran bersama, dan pada pelaksanaannya membutuhkan pengamatan indikator yang dilakukan oleh bukan pengajarnya sendiri, dan pada akhirnya untuk melakukan refleksi juga membutuhkan pemikiran bersama. Kolaboratif dapat dilaksanakan antar guru sejawat (mungkin serumpun kelompok bidang studi), dapat juga dilaksanakan kolaborasi antara dosen dan guru. Ciri kolaboratif harus menanamkan kerjasama kesejajaran, bukan antara atas dan bawah. Kerjasama kesejawatan ini dimulai dari awal perencanaan hingga reflesi sampai pada penyusunan laporan.
c. PTK sebagai praktek melakukan refleksi dan membiasakan profesional
Peneliti bertindak sebagai kebiasaan profesional, artinya guru dalam melaksanakan PTK pengenalan permasalahan serta upaya yang dirancang untuk mengatasinya dan efektivitas penerapannya, dilakukan secara lebih eksplisit dan sistematis oleh peneliti itu sendiri, dalam hal ini kolaborasi antar guru atau kolaborasi guru dan dosen.Dalam kaitan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda. Pertama sebagai praktisi yang dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya, dan yang kedua sekaligus secara sistematis meneliti praksisnya sendiri. Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya, apabila terlaksana dengan baik, maka latihan ini akan memberi sumbangan nyata bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Suatu langkah strategis dalam profesionalisasi jabatan guru. Ini juga berarti bahwa pelecehan profesi dalam bentuk penyediaan jasa pembuatan daftar angka kredit dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru dapat diakhiri.


C. Prinsip-prinsip PTK

Prinsip-prinsip pelaksanaan PTK bagi seorang guru menurut Hopkins (1993) dijelaskan meliputi 6 prinsip yaitu,
1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmennya sebagai pengajar, misalnya imtuk guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar. Pelaksanaan PTK dalam mencobakan suatu tindakan yang baru setidak-tidaknya siswa membutuhkan penyesuaian. Adalah wajar bila pada siklus pertama masih jauh dari target yang diinginkan. Dari sinilah membutuhkan suatu refleksi. Pembagian materi ajar pada siklus pertama hingga siklus berikutnya tidak ada batasan yang pasti. Misalkan setiap satu siklus harus memuat satu pokok bahasan, atau setiap siklus harus memuat satu kompetensi, atau satu siklus harus berlangsung satu minggu atau satu bulan. Yang jelas pembagian setiap siklus sepenuhnya diserahkan pada guru, yang jelas pemberian materi siklus pertama dan seterusnya adalah tidak sama. Bisa saja satu kompetensi dirancang menjadi 3 siklus, atau satu pokok bahasan dirancang menjadi 3 siklus atau satu siklus memuat 4 jam pelajaran. Hal itu semua adalah mungkin. Guru sendiri yang mengetahui pembangian materi antara siklus pertama dan seterusnya.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru, sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Guru pelaksana tetap melaksanakan tugas sebagaimana guru biasa. Sebagai pengamat harus mampu membantu guru dalam memberikan evaluasi jalannya pembelajaran. Pengamat adalah yang paling bertanggungjawab dalam melakukan pengumpulan data.
3. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat dan bersifat reliabel, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan.
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggungjawab profesinya. Guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengentasannya. Komitmen tersebut diperlukan sebagai motivator guru untuk bertahan melaksanakan kegiatan yang menuntut lebih dari yang sebelumnya.
5. Penyelenggaraan PTK guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting dilakukan dan pihak atasan harus mengetahui kegiatan tersebut agar memperoleh pengakuan akan hasil yang diperoleh dari PTK.
6. Pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan sebagai permasalahan yang dilihat tidak hanya terbatas pada konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan (on-going), karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.

Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, kemudian mencobakan secara sistematis berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas dan/atau implementasi program sekolah yang tengah dirasakan itu.

D. Tujuan dan Manfaat PTK

Seperti dijelaskan di atas bahwa PTK menitik beratkan pada pemecahan masalah pembelajaran, dan mencari solusi pemecahannya. Selanjutnya dicobakan suatu tindakan berulang-ulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan. Dengan dasar tersebut di atas Diharapkan PTK dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Manfaat yang diharapkan dapat dipetik dengan melaksanakan PTK adalah:
1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
2. Peningkatan sikap profesional guru dan atau dosen.
3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
7. Perbaikan dan/atau peningkatan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
8. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.


E. PTK dalam Bidang Pendidikan Matematika

Sebenarnya melaksanakan PTK untuk bidang studi pendidikan matematika tidak jauh berbeda dengan PTK untuk bidang studi lainnya (non matematika). Juga pengkhususan tinjauan pada bidang pendidikan matemtika disini tidak ada yang istimewa dengan yang lainnya. Maksud pengkhususan disini hanya untuk memberikan gambaran pembaca umumnya dan penggemar matematika khususnya lebih khusus dan bersifat spesifik. Matematika memang menjadi bahan perbincangan para murid dan orang tua, mereka sebagian orang memandang bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sukar dan merupakan momoknya mata pelajaran.
Pada kegiatan ini ingin mendalami apakah benar matematika itu memang sulit, tidakkah bisa pembelajaran matematika dicarikan solusi terhadap permasalahan di atas. Adakah strategi pendekatan pembelajaran yang membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan, orang lebih senang belajar matematika. Oleh karena itu pengkhususan disini agar lebih spesifik mencari masalah dalam bidang matematika, dan memberi contoh solusi pemecahan yang sudah diperoleh melalui penelitian, memberi contoh-contoh strategi yang tepat di bidang matematika, memberi contoh menyusun proposal, laporan, hingga menulis karya ilmiah dalam bidang matematika.

F.Bidang Kajian PTK Pendidikan Matematika

Dalam rangka mencari bidang kajian untuk menyusun usulan PTK sangat perlu memperhatikan tujuan dan manfaat melaksanakan PTK. Sebenarnya bidang kajian PTK untuk pendidikan matematika yang mengarah pada peningkatan kualiitas pembelajaran cukup luas cakupannya. Pada tulisan ini akan merinci pada kelompok bagian kajian yang sedang hangat dibicarakan orang dan baik untuk dilakukan penelitian. Bidang kajian tersebut antara lain:
1. Masalah belajar siswa di sekolah, meliputi sulitnya memahami konsep teoritis matematika, susahnya memecahkan masalah soal cerita matematika, adanya kesalahan-kesalahan pembelajaran karena belajar matematika dituntut cermat dan teliti, adanya miskonsepsi misalnya pengertian alas dan tinggi suatu segitiga untuk menghitung luas masih sering terjadi kesalahan konsep, mencari susunan suatu peristiwa masih sulit membedakan antara mana yang permutasi dan mana yang kombinasi atau bahkan mana yang tidak keduanya, dan sebagainya.
2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, meliputi masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran misalnya sulitnya membelajarkan matematika dimana kondisi input siswanya sangat heterogen dalam kemampuan matematika, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran misalnya saat ini sedang trend dengan pembelajaran realistik matematika bagaimana penerapannya, masalah interaksi siswa di dalam kelas misalnya membantu siswa yang sangat heterogen bagaimana mengatasinya, partisipasi orang tua dalam pembelajaran siswa misalnya bagaimana caranya melibatkan orang tua dalam memfasilitasi kebutuhan siswa untuk praktikum matematika.
3. Alat bantu, media dan sumber belajar, meliputi bagaimana memerankan alat peraga dalam membelajarkan operasi bilangan bulat, bagaimana memanfaatkan media elektronik internet dalam pembelajaran matematika, memerankan perpustakaan sekolah dalam pembelajaran matematika, bagaimana memberi tugas siswa untuk mengkoleksi data di masyarakat untuk keperluan pembelajaran statistika.
4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, meliputi masalah evalusai awal dan hasil pembelajaran misalnya bagaimana melakukan evalusi yang obyektif untuk materi soal cerita, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi misalnya melakukan penilaian afektif siswa untuk pembelajaran matematika.
5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, meliputi peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik misalnya bagaimana memerankan pemberian tugas terstruktur di rumah sebagai bagian pembelajaran, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik dan peserta didik dan orang tua dalam pembelajaran misalnya dengan pemanfaatan tugas struktur pada siswa pada materi yang belum diajarkan agar melibatkan orang di sekitar rumah.
6. Masalah kurikulum meliputi implementasi KBK misalnya bagaimana membelajarkan matematika sesuai tuntutan KBK, urutan penyajian materi pokok.

G. Hasil-hasil PTK pada bidang Pendidikan Matematika

Berikut ini akan diberikan beberapa contoh selektif hasil penelitian yang telah dilakukan untuk bidang pendidikan matematika melalui PTK.
1. Penelitian Nurkaromah, 2004 dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Statistika Siswa Kelas II SLTP 1 Jepara melalui Implementasi Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pembelajaran statistika selama ini dihadapkan pada contoh-contoh klasik yang kurang mengena pada kehidupan siswa sehari-hari. Olah karena itu kadang siswa menangkap konsep secara deduktif hafalan. Misalkan, pokoknya yang namanya median adalah nilai diurutkan menurut besarnya lalu diambil tengahnya, yang namanya rata-rata adalah nilai dijumlahkan kemudian dibagi banyaknya data. Bila siswa ditanya apa bedanya median sama dengan 40 dan median sama dengan 70. Mereka tidak bisa menjelaskan apa arti kedua nila tersebut. Pada penelitian ini menawarkan suatu pembelajaran kontekstual dengan cara siswa mengalami langsung melakukan pendataan misalnya mengukur tinggi badan masing-masing siswa, dari data yang ada kemudian dijelaskan apa yang namanya konsep ukuran tendensi sentral. Pada siklus berikutnya siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas. Mereka dimintan mengukur ketinggian tanaman, menghitung kendaraan yang lewat dan lain sebagainya. Pada pembelajaran ini siswa diarahkan disamping melakukan aplikasi pada ukuran tendensi sentral mereka juga diajak untuk menangkap konsep membuat diagaram, membuat tabel kontigensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, siswa lebih mudah menangkap konsep abstrak tentang ukuran tendensi sentral, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.
2. Penelitian Masruchin, 2004 dengan judul “Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel dengan Pembelajaran Berbantuan Kartu Variabel dan kartu Bilangan pada Siswa SMP 2 Grabag”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah, pada umumnya guru mengajarkan materi dengan cara mengikuti urutan latihan soal pada buku paket atau buku lembar kerja. Situasi ini membuat siswa mengalami kejenuhan belajar materi matematika termasuk belajar materi persamaan linier yang dipandang abstrak dan sukar. Penelitian ini menawarkan suatu strategi yang memanfaatkan alat peraga. Alat peraga tersebut berbentuk kartu-kartu variabel dan kartu-kartu bilangan. Kartu-kartu tersebut dimulai dibuat oleh guru dan selanjutnya siswa diminta untuk membuat kartu yang sama secara berkelompok 5 orang. Pada pembelajaran tatap muka di kelas guru mendemonstrasikan penggunaan kartu-kartu tersebut, selanjutnya memberi soal dan siswa bekerja dengan kartu mereka masing-masing secara kelompok. Pembelajaran dengan kartu variabel dan kartu angka dalam 3 siklus hasilnya menunjukkan adanya perubahan pada diri siswa, bahwa keaktifan siswa belajar menjadi lebih semangat, kemampuan memecahkan soal menjadi lebih trampil dan hasil belajar siswa pun meningkat.
3. Penelitian Suyitno, 2005 dengan judul “Upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Proram Percepatan SMP 2 Semarang dalam Pelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan IBL (Inquiry based Learning) sebagai strategi yang Berasosiasi dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan guru bahwa siswa kelas percepatan karena kepandaiannya mampu mengatasi permasalahan belajarnya, sehingga guru mengajar sekadarnya. Penelitian ini menawarkan kegiatan, bahwa bagaimanapun juga pintarnya siswa, mereka perlu dibimbing dan difasilitasi proses pembelajarannya. Melalui pemberian tugas terstruktur dikemas bernuansa CTL, untuk dipecahkan masalahan yang ada oleh siswa sendiri (guna menumbuhkan IBL). Disini guru benar-benar sebagai fasilitator. Kegiatan dengan 3 siklus ini membuahkan hasil bahwa pada diri siswa tumbuh adanya peningkatan melakukan inquiry (penemuan), siswa menjadi semakin aktif belajar mandiri, hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat.
4. Penelitian Mastur, 2005 dengan judul “Upaya Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas V SDN Panggang 02 Jepara di dalam Memahami Konsep Phi (p) dan Penerapannya melalui Diskusi Kelompok Kecil, suatu Implementasi RME (Realistic Mathematics Education)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi sulitnya siswa memahami bilangan Phi (p) , kenapa sebenarnya bukan 3,14 atau 22/7. Bermula dari pemikiran sederhana ini peneliti menawarkan suatu tindakan bahwa suatu konsep abstrak matematika bisa dibelajarkan kepada siswa lebih menyenangkan dan sambil bermain siswa mudah menangkap konsep tersebut. Kegiatan ini pada siklus pertama siswa dihadapkan benda-benda yang berbentu lingkaran atau bulat, siswa diminta untuk mengukur sendiri, menghitung sendiri, menyimpulkan sendiri tentang bilangan Phi (p) . Pada siklus kedua siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas untuk mencari benda apa saja yang membutuhkan bilangan Phi (p) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif dan senang belajar matematika, siswa paham konsep dan tau aplikasi konsep abstrak matematika.
5. Penelitian Winarti, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Media Kartu dan Poster dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di SD Sekaran 01 Semarang”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi pada diri siswa SD masih kurang komunikatif antar teman, siswa masih takut mengemukakan pendapatnya dalam belajar matematika. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan kerja bareng antar kelompok (kooperatif) untuk memecahkan soal-soal yang sudah disiapkan guru dalam bentuk kartu-kartu. Hasil kerja kelompok mereka harus ditulis dalam kertas manila besar (poster) untuk dipresentasikan pada kelompok lain. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mau bekerja sama satu dengan lainnya. Siswa dilatih untuk menulis rangkuman kerja dan siswa dilatih untuk berani melakukan presentasi di depan kelas. Hasil penelitian dengan 3 siklus ini mampu membawa siswa berkomunikasi antar teman secara bebas dan berani, siswa menjadi berani mengemukakan pendapat dibantu dengan poster melalui presentasi, hasil belajar siswa menjadi meningkat.
6. Penelitian Wardono, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw-II dan TGT (Team Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi bahwa kemampuan akademik siswa dalam kelas sangat heterogen, antar siswa dalam belajar matematika masih terkesan individualistis, antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai masih terlihat ada jarak. Penelitian ini menawarkan suatu bentuk kegiatan cara belajar kooperatif, dimana siswa terbagi dalam kelompok-kelompok heterogen bermain seperti tipe jigsaw II. Penyelesaian soal-soal yang diberikan mereka dikompetisikan antar kelompok (memainkan permainan game TGT). Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk saling bekerja sama, dimana siswa yang mampu harus membantu siswa yang kurang mampu secara akademik. Disamping itu siswa dilatih untuk aktif mengemukakan pendapat lewat presentasi. Penelitain pembelajaran dengan 3 siklus ini menghasilkan suatu bentuk bahwa siswa semakin bertambah aktif berperan sesuai tugasnya masing-masing, siswa semakin terlibat membantu satu sama lain, siswa yang kurang mampu secara akademik semakin bersemangat dalam belajar, dan siswa yang mampu secara akademik merasa dirinya semakin berguna pada teman sejawatnya. Hasil belajar siswapun juga mengalami kenaikan.
7. Penelitian Sriningsih/Sukestiyarno, 2005 dengan judul “Menumbuhkan Kemampuan Siswa Melakukan Rancang Bangun Geometri bagi Siswa TK melalui pendekatan pemanfaatan alat peraga dan permainan simulasi”. Penelitain ini dilatarbelakangi suatu masalah bahwa anak-anak TK kurang terarah dalam kegiatan bermainnya. Guru kurang bisa menangkap inovasi siswa yang bersiafat heterogen, sehingga tidak bisa memberi fasilitas pada siswa secara individual yang optimal. Pada penelitian ini menawarkan suatu kegiatan yang mengajak siswa tetap bermain dengan menggunakan alat-alat peraga dengan bermain simulasi mengarah pada suatu pembentukan daya inovasi siswa dalam melakukan rancang bangun. Kegiatan rancang bangun ini pada awalnya mengenali bentuk bangun datar geometri, selanjutnya menyusun bangun tertentu dengan peraga bagun datar, pada siklus berikutnya siswa dikenalkan benda ruang dan latihan membentuk bangun tertentu dengan menggunakan bentuk peraga bangun ruang. Pada akhirnya siswa benar-benar dilatih membuat pussle sebagai latihan membuat rancang bangun, mereka membentuk suatu bangun-bangun tertentu menggunakan alat peraga yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa semakin aktif bersemangat bermain bangun geometri, siswa semakin trampil berinovasi membuant bangun-bangun seperti alam pikir mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemampuan siswa untuk berinovasipun semakin menunjukkan hasil yang memuaskan.
8. Penelitian Sukestiyarno, 2005 dengan judul „Model Pembelajaran Filsafat Ilmu untuk Matematika dengan metode Kooperatif Tim Turnamen bagi Mahasiswa Semester I Pendidikan Matematika UNNES“. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pada umumnya pembelajaran mata kuliah Filsafat Ilmu untuk Matematika diajar oleh dosen non matematika, sehingga contoh-contoh perkembangan ilmu kurang spesifik pada perkembangan ilmu matematika. Mahasiswapun menjadi kurang bersemangat belajar mata kuliah yang bersangkutan. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan bahwa pembelajaran filsafat ilmu untuk matematika diajar oleh dosen matematika yang berpengalaman. Kegiatan banyak melibatkan mahasiswa untuk bekerja mandiri. Mahasiswa diberi tugas untuk menyusun makalah secara berkelompok. Tugas yang diberikan antar kelompok adalah sama. Diperlakukan demikian akan pada saat muka dapat melakukan kompetisi antar kelompok untuk memecahkan suatu masalah. Pada saat tatap muka masing-masing kelompok agar melempar pertanyaan dan pertanyaan tersebut dikompetisikan untuk kelompok lainnya. Hasil penelitian ini mampu membawa siswa lebih bersemangat dan aktif mempelajari konsep perkembangan ilmu pada umunya dan perkembangan matematika khususnya. Ketrampilan siswa bermain peran sebagai penyusun dan presentasi makalah menjadi meningkat, hasil belajar siswapun juga menjadi meningkat.
9. Penelitian Sukestiyarno, 2006 dengan judul “Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Meraih Tuntas Belajar dengan Model Pembelajaran Heroic Leadership dan Turnamen Matematika SMA”. Pada peneliitan ini akan dipakan sebagai contoh menyusun proposal, menyusun laporan serta menyusun karya ilmiah (lihat pada pembahasan selanjutnya).
10.
G. Contoh Judul-judul dalam PTK untuk Matematika

Berikut contoh-contoh judul yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menyusun
Penelitian Matematika dengan PTK.

1. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Learning Tutor Sebaya berbasis Multimedia Komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X materi Geometri Datar.
2. Meningkatkan Pemahaman Konsep Statistika SMA Kelas XI melalui Pendekatan Activities and Class Discussion dengan menggunakan Software Komputer.
3. Upaya meningkatkan penguasaan konsep dan Membentuk Siswa menjadi Matematikawan Kritis melalui Pembelajaran Logika Matematika SMA kelasa XII dengan Strategi Student Team Heroic Leadership.
4. Meminimalkan Sikap Negatif dan Kecemasan Siswa Menangkap Konsep Matematika Dasar melalui Pembelajaran Interaktif dan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya di SD kelas VI.
5. Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Menumbuhkan Wawasan Aplikasi Teknologi pada Pembelajaran Kalkulus SMA kelas XI Dikemas dalam CD Interaktif.
6. Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Multimedia dan Simulasi untuk Meningkatkan Ketrampilan Praktek Matematika Siswa Kelas VIII .
7. Meningkatkan kemampuan komunikasi Matematika dengan optimalisasi Modalitas V-A-K (Visual, Auditori, dan Kinestetik) pada materi Geometri kelas XI.
8. Keefektifan Model Problem Solving dengan kemampuan membangun Alogaritma dalam pembelajaran Matematika terhadap pemahaman konsep atau prinsip siswa pada materi Kalkulus kelas XI.
9. Meningkatkan hasil belajar siswa SD pada materi Penjumlahan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Pembelajaran Team Teaching Collaboration Model Tutorial.
10. Meningkatikan Hasil Belajar Siswa kelas VII Materi Aritmatika Sosial melalui Pemberian Tugas Terstruktur Modul dan Permainan Transaksi Jual Beli.
11. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD pada Materi Geometri kelas V melalui Strategi Pembelajaran Pemberian Tugas Terstrukur Materi Baru dan Pemanfaatan Media Peraga Sekitar.

I. Contoh Penyusunan Laporan PTK bidang Matematika

J. Contoh Penulisan Artikel Karya Ilmiah