Selamat Datang

Terimakasih anda telah mengunjungi Blog MGMP Matematika SMA Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah Indonesia.
Blog ini dimaksudkan sebagai media komunikasi & publikasi hasil karya bagi anggota dan teman sejawat serta siapapun yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di tanah air. Redaksi menerima naskah berupa info penting seputar penelitian & pendidikan serta pengembangan profesi guru. Tulisan juga dapat berupa hasil karya tulis, makalah, hasil penelitian baik berupa PTK maupun lainnya. Naskah yang layak akan diposting dalam blog ini, dan insyaAllah akan mendapatkan pahala dari Allah S.W.T. Naskah dapat dikirim melalui e-mail : jumbadi_smancolkra@yahoo.co.id

Sabtu, 01 Maret 2008

Bagaimana Membuat PTK ?

Oleh:
Prof. Dr. Sukestiyarno
Dosen Matematika UNNES

Editor: Drs. Jumbadi, M.Pd.
Ketua MGMP Matematika SMA Kabupaten Karanganyar Jateng

A. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningakatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadahi, penyediaan sarana belajar, dan lain sebagainya. Dari semua cara tersebut peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik memduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak positif tersebut berupa 1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan masalah pesmbelajaran yang dihadapi secara nyata, 2) peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar, 3) peningkatan keprofesionalan pendidik, 4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Upaya meningkatkan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan penelitian pengembangan (reseach development). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top down dan sangat teoritis. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya dengan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), atau School based quality management. Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri, dan bersifat pragmatis naturalistic.
MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik pada tataran praktis implementasional maupun dalam tataran gagasan konseptual. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat, produktif, dan dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan tersebut bisa dilakukan antar guru bidang studi atau bisa juga antara guru dengan lembaga pendidikan tinggi pada bidang yang sesuai. Kemitraan tersebut berguna untuk pengelolaan pembelajaran untuk pengembangan. Dalam kemitraan tersebut kedua belah pihak bisa saling diskusi, memberi masukan, dan memutuskan sesuatu secara kolaboratif.
Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapt dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antar guru maupun antara dosen dan guru. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah psendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharpkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di kalangan sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan masalah pembelajaran menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan mutualistis.

B. Pengertian dan Karakteristik PTK

B.1 Pengertian Dasar Penelitian Tindakan

Berikut ini beberapa pengertian dasar tentang penelitian tindakan.

1. Penelitian Tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi/ partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.
2. Penelitian Tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain/ dilengkapi dengan fakta-fakta, dan mengembangkan kemampuan analisis.
3. Dalam prakteknya/ penelitian tindakan menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Ini adalah suatu upaya memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya/Pihak yang terlibat (guru, widyaiswara, instruktur, kepala sekolah, dan warga masyarakat) mencoba dengan sadar merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.
Pengertian di atas merupakan pengertian umum tentang pengertian penelitian tindakan. Oleh karena itu melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk suatu institusi, lembaga negeri atau swasta atau pun pihak ekonomi lemah ke bawah. Pengertian penelitian tindakan kelas lebih khusus terjadi hanya dalam kelas.
Dalam literatur berbahasa inggris, PTK disebut dengan classroom action research. Jadi PTK adalah suatu penelitian tindakan yang terjadi dalam pembelajaran. Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Jerman, Amerika, Inggris, Australia dan lain sebagainya. Para ahli penelitian pendidikan akhri-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program disekolahnya daengan mengkaji berbagi indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau kesberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Dengan kata lain, sebagaimana dikemukakan di atas melalui PTK para guru dan pendidik memperoleh teori yang dibangun sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak lain.

B.2 Unsur-unsur yang ada dalam PTK

Pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap, diartikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tidakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK itu dilaksanakan berupa proses, pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, meliputi:
a. Perencanaan (planning): Setelah masalah yang ada dalam kelas teridentifikasi, selanjutnya merancang mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebelum melakukan suatu tindakan untuk memecahkan masalahnya, hal yang sangat penting adalah secara kolaborasi membuat suatu perencanaan (planning) tentang materi, langkah, dan evaluasi untuk mencapai target solusi yang diinginkan. Perencanaan harus disusun sedemikian rupa bertahap yang memberi petunjuk praktis tentang apa yang harus dilakukan. Perencanaan berupa tahapan kegiatan tersebut bersifat fleksibel sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi di lapangan pelaksanaan sebelumnya. Dalam penyusunan rancangan ini peneliti perlu menentukan titik atau focus permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Selanjutnya perlu disiapkan instrument yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaiannya. Dalam hal ini pada umumnya guru (peneliti) menyusun apa yang dinamakan rencana pembelajaran (satuan acara pembelajaran).
b. Pelaksanaan tindakan (acting): Pada tahap ini peneliti melaksanakan dari segala sesuatu yang sudah direncanakan. Pad kegiatan pelaksanaan ini guru sebagai pelaksana harus bersifat jujur, taat terhadap apa yang sudah direncanakan, tidak terkesan dibuat-buat. Pada pelaksanaannya suatu tindakan baru harus lebih menonjol dilakukan, karena sesuatu yang baru dicobakan tersebut akan diamati, dievalusi dan dipakai sebagai bahan melakukan refleksi.
c. Pengamatan (observing): Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh tim pengamat dimana sebagai tim pengamat bukan guru yang sedang melaksanakan tindakan melainkan orang yang menjadi kolaborator dalam PTK ini. Hal yang diamati adalah suatu kegiatan perubahan pada focus pengamatan (variable) yang terjadi pada diri subyek pengamatan disaat atau akhir dari pelaksanaan tindakan point b di atas.
d. Refleksi (reflecting): Pada kegiatan pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, dan mendapatkan data dari hasil pengamatan. Bersama tim kolaborasi melakukan evaluasi dari apa yang sudah dilaksanakan dan diamati. Dari kegiatan inilah selanjutkan melakukan reflesi (pemantulan). Hasil reflesi ini sangat berguna untuk meninjau kembali pada perencanaan yang telah disusun untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Pada focus rancangan kegiatan mana yang harus dilakukan perubahan atau perbaikan. Program perbaikan inilah yang akan menyempurnakan rancangan kegiatan yang dibuat secara kolaboratif tersebut.

PTK merupakan kegiatan penelitan yang bertugas melakukan perbaikan atau peningkatan terhadap pembelajaran. Kegiatan perbaikan tersebut terus dilakukan perulangan hingga mencapai suatu target yang diharapkan. Kegiatan keempat tahap dalam PTK tersebut di atas adalah merupakan suatu kegiatan satu siklus. Pada siklus berikutnya akan melakukan hal yang sama mulai dari perencanaan hingga refleksi. Kegiatan yang terus berulang tersebut adalah merupakan ciri khas dalam PTK.
Kegiatan berupa siklus tersebtu menimbulkan pertanyaan, sampai berapa siklus dalam PTK harus dilakukan. Kegiatan berupa siklus ke siklus berikutnya harus mendapatkan suatu perubahan perbaikan atau peningkatan terhadap suatu hal yang positif, atau pengurangan terhadap hal negatif. Bagaimanapun juga jumlah siklus juga harus ada batasnya, banyaknya siklus harus bisa dirancang dengan baik. Rancangan secara kolaboratif akan dapat diprediksi kapan ketercapaian suatu hasil yang diinginkan dapat di raih. Oleh karena pada PTK ingin melihat perubahan sebagai saran yang baik banyaknya siklus minimal 2 siklus, dan maksimal tidak ada batasnya, akan tetapi rancangan siklus lebih dari 4 siklus merupakan kegiatan yang menjemukan.
Pertanyaan kedua muncul, apabila sudah merancang 3 siklus, kemudian apa yang dilakukan bila pada akhir siklus ke 3 belum tuntas (tercapai), sebaliknya apabila pada siklus ke 2 sudah tuntas semua pada semua yang menjadi focus pengamatan? Apabila siklus ke 3 belum tuntas, peraturannya harus merancang siklus berikutnya, tetapi bila pada siklus ke dua sudah tuntas, siklus selanjutnya tetap dilaksanakan dengan cara melestarikan rancangan yang sudah baik dilaksanakan. Gambaran antar siklus dapat ditunjukkan seperti gambar berikut:
-proses pelaksanaan
- proses pengamatan
refleksi Siklus I
-proses pelaksanaan
- proses pengamatan
refleksi Siklus II
Plan revisi Plan

B.3. Karakteristik PTK

Berdasarkan apa yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat dicermati karakteristik PTK yang berbeda dari karakteristik penelitian formal lainya. Pada PTK mempunyai ciri karakteristik antara lain.
a. Berpijak pada permasalahan praktis
Karakteristik pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelsa atau sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Disini PTK bertujuan untuk memperbaiki praksis secara langsung, disini, dan sekarang. PTK memusatkan pertahatian pada permasalahn yang spesifik kontekstual sehingga tidak terlalu penghiraukan kereprsentativan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Tujuan PTK bukanlah menemukan pengetahuan baru melainkan memperbaiki sesuatu yang sudah ada. PTK dilaksanakan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan kebenaran, meskipun jangkauan keterterapannya lebih terbatas. Proses temuan dan implikasi PTK didokumentasikan secara cermat sehingga terbuka bagi tim sejawat.
b. Penelitian bersifat kolaboratif
PTK tidak dapat diselenggarakan secara mandiri. Dalam PTK membutuhkan pemikiran bersama, dan pada pelaksanaannya membutuhkan pengamatan indikator yang dilakukan oleh bukan pengajarnya sendiri, dan pada akhirnya untuk melakukan refleksi juga membutuhkan pemikiran bersama. Kolaboratif dapat dilaksanakan antar guru sejawat (mungkin serumpun kelompok bidang studi), dapat juga dilaksanakan kolaborasi antara dosen dan guru. Ciri kolaboratif harus menanamkan kerjasama kesejajaran, bukan antara atas dan bawah. Kerjasama kesejawatan ini dimulai dari awal perencanaan hingga reflesi sampai pada penyusunan laporan.
c. PTK sebagai praktek melakukan refleksi dan membiasakan profesional
Peneliti bertindak sebagai kebiasaan profesional, artinya guru dalam melaksanakan PTK pengenalan permasalahan serta upaya yang dirancang untuk mengatasinya dan efektivitas penerapannya, dilakukan secara lebih eksplisit dan sistematis oleh peneliti itu sendiri, dalam hal ini kolaborasi antar guru atau kolaborasi guru dan dosen.Dalam kaitan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus mengemban peran ganda. Pertama sebagai praktisi yang dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya, dan yang kedua sekaligus secara sistematis meneliti praksisnya sendiri. Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya, apabila terlaksana dengan baik, maka latihan ini akan memberi sumbangan nyata bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Suatu langkah strategis dalam profesionalisasi jabatan guru. Ini juga berarti bahwa pelecehan profesi dalam bentuk penyediaan jasa pembuatan daftar angka kredit dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru dapat diakhiri.


C. Prinsip-prinsip PTK

Prinsip-prinsip pelaksanaan PTK bagi seorang guru menurut Hopkins (1993) dijelaskan meliputi 6 prinsip yaitu,
1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmennya sebagai pengajar, misalnya imtuk guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar. Pelaksanaan PTK dalam mencobakan suatu tindakan yang baru setidak-tidaknya siswa membutuhkan penyesuaian. Adalah wajar bila pada siklus pertama masih jauh dari target yang diinginkan. Dari sinilah membutuhkan suatu refleksi. Pembagian materi ajar pada siklus pertama hingga siklus berikutnya tidak ada batasan yang pasti. Misalkan setiap satu siklus harus memuat satu pokok bahasan, atau setiap siklus harus memuat satu kompetensi, atau satu siklus harus berlangsung satu minggu atau satu bulan. Yang jelas pembagian setiap siklus sepenuhnya diserahkan pada guru, yang jelas pemberian materi siklus pertama dan seterusnya adalah tidak sama. Bisa saja satu kompetensi dirancang menjadi 3 siklus, atau satu pokok bahasan dirancang menjadi 3 siklus atau satu siklus memuat 4 jam pelajaran. Hal itu semua adalah mungkin. Guru sendiri yang mengetahui pembangian materi antara siklus pertama dan seterusnya.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru, sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Guru pelaksana tetap melaksanakan tugas sebagaimana guru biasa. Sebagai pengamat harus mampu membantu guru dalam memberikan evaluasi jalannya pembelajaran. Pengamat adalah yang paling bertanggungjawab dalam melakukan pengumpulan data.
3. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat dan bersifat reliabel, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan.
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggungjawab profesinya. Guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengentasannya. Komitmen tersebut diperlukan sebagai motivator guru untuk bertahan melaksanakan kegiatan yang menuntut lebih dari yang sebelumnya.
5. Penyelenggaraan PTK guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting dilakukan dan pihak atasan harus mengetahui kegiatan tersebut agar memperoleh pengakuan akan hasil yang diperoleh dari PTK.
6. Pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan sebagai permasalahan yang dilihat tidak hanya terbatas pada konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan (on-going), karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.

Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, kemudian mencobakan secara sistematis berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas dan/atau implementasi program sekolah yang tengah dirasakan itu.

D. Tujuan dan Manfaat PTK

Seperti dijelaskan di atas bahwa PTK menitik beratkan pada pemecahan masalah pembelajaran, dan mencari solusi pemecahannya. Selanjutnya dicobakan suatu tindakan berulang-ulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan. Dengan dasar tersebut di atas Diharapkan PTK dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Manfaat yang diharapkan dapat dipetik dengan melaksanakan PTK adalah:
1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
2. Peningkatan sikap profesional guru dan atau dosen.
3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
7. Perbaikan dan/atau peningkatan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
8. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.


E. PTK dalam Bidang Pendidikan Matematika

Sebenarnya melaksanakan PTK untuk bidang studi pendidikan matematika tidak jauh berbeda dengan PTK untuk bidang studi lainnya (non matematika). Juga pengkhususan tinjauan pada bidang pendidikan matemtika disini tidak ada yang istimewa dengan yang lainnya. Maksud pengkhususan disini hanya untuk memberikan gambaran pembaca umumnya dan penggemar matematika khususnya lebih khusus dan bersifat spesifik. Matematika memang menjadi bahan perbincangan para murid dan orang tua, mereka sebagian orang memandang bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sukar dan merupakan momoknya mata pelajaran.
Pada kegiatan ini ingin mendalami apakah benar matematika itu memang sulit, tidakkah bisa pembelajaran matematika dicarikan solusi terhadap permasalahan di atas. Adakah strategi pendekatan pembelajaran yang membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan, orang lebih senang belajar matematika. Oleh karena itu pengkhususan disini agar lebih spesifik mencari masalah dalam bidang matematika, dan memberi contoh solusi pemecahan yang sudah diperoleh melalui penelitian, memberi contoh-contoh strategi yang tepat di bidang matematika, memberi contoh menyusun proposal, laporan, hingga menulis karya ilmiah dalam bidang matematika.

F.Bidang Kajian PTK Pendidikan Matematika

Dalam rangka mencari bidang kajian untuk menyusun usulan PTK sangat perlu memperhatikan tujuan dan manfaat melaksanakan PTK. Sebenarnya bidang kajian PTK untuk pendidikan matematika yang mengarah pada peningkatan kualiitas pembelajaran cukup luas cakupannya. Pada tulisan ini akan merinci pada kelompok bagian kajian yang sedang hangat dibicarakan orang dan baik untuk dilakukan penelitian. Bidang kajian tersebut antara lain:
1. Masalah belajar siswa di sekolah, meliputi sulitnya memahami konsep teoritis matematika, susahnya memecahkan masalah soal cerita matematika, adanya kesalahan-kesalahan pembelajaran karena belajar matematika dituntut cermat dan teliti, adanya miskonsepsi misalnya pengertian alas dan tinggi suatu segitiga untuk menghitung luas masih sering terjadi kesalahan konsep, mencari susunan suatu peristiwa masih sulit membedakan antara mana yang permutasi dan mana yang kombinasi atau bahkan mana yang tidak keduanya, dan sebagainya.
2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, meliputi masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran misalnya sulitnya membelajarkan matematika dimana kondisi input siswanya sangat heterogen dalam kemampuan matematika, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran misalnya saat ini sedang trend dengan pembelajaran realistik matematika bagaimana penerapannya, masalah interaksi siswa di dalam kelas misalnya membantu siswa yang sangat heterogen bagaimana mengatasinya, partisipasi orang tua dalam pembelajaran siswa misalnya bagaimana caranya melibatkan orang tua dalam memfasilitasi kebutuhan siswa untuk praktikum matematika.
3. Alat bantu, media dan sumber belajar, meliputi bagaimana memerankan alat peraga dalam membelajarkan operasi bilangan bulat, bagaimana memanfaatkan media elektronik internet dalam pembelajaran matematika, memerankan perpustakaan sekolah dalam pembelajaran matematika, bagaimana memberi tugas siswa untuk mengkoleksi data di masyarakat untuk keperluan pembelajaran statistika.
4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, meliputi masalah evalusai awal dan hasil pembelajaran misalnya bagaimana melakukan evalusi yang obyektif untuk materi soal cerita, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi misalnya melakukan penilaian afektif siswa untuk pembelajaran matematika.
5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya, meliputi peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik misalnya bagaimana memerankan pemberian tugas terstruktur di rumah sebagai bagian pembelajaran, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik dan peserta didik dan orang tua dalam pembelajaran misalnya dengan pemanfaatan tugas struktur pada siswa pada materi yang belum diajarkan agar melibatkan orang di sekitar rumah.
6. Masalah kurikulum meliputi implementasi KBK misalnya bagaimana membelajarkan matematika sesuai tuntutan KBK, urutan penyajian materi pokok.

G. Hasil-hasil PTK pada bidang Pendidikan Matematika

Berikut ini akan diberikan beberapa contoh selektif hasil penelitian yang telah dilakukan untuk bidang pendidikan matematika melalui PTK.
1. Penelitian Nurkaromah, 2004 dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Statistika Siswa Kelas II SLTP 1 Jepara melalui Implementasi Pendekatan Kontekstual”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pembelajaran statistika selama ini dihadapkan pada contoh-contoh klasik yang kurang mengena pada kehidupan siswa sehari-hari. Olah karena itu kadang siswa menangkap konsep secara deduktif hafalan. Misalkan, pokoknya yang namanya median adalah nilai diurutkan menurut besarnya lalu diambil tengahnya, yang namanya rata-rata adalah nilai dijumlahkan kemudian dibagi banyaknya data. Bila siswa ditanya apa bedanya median sama dengan 40 dan median sama dengan 70. Mereka tidak bisa menjelaskan apa arti kedua nila tersebut. Pada penelitian ini menawarkan suatu pembelajaran kontekstual dengan cara siswa mengalami langsung melakukan pendataan misalnya mengukur tinggi badan masing-masing siswa, dari data yang ada kemudian dijelaskan apa yang namanya konsep ukuran tendensi sentral. Pada siklus berikutnya siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas. Mereka dimintan mengukur ketinggian tanaman, menghitung kendaraan yang lewat dan lain sebagainya. Pada pembelajaran ini siswa diarahkan disamping melakukan aplikasi pada ukuran tendensi sentral mereka juga diajak untuk menangkap konsep membuat diagaram, membuat tabel kontigensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, siswa lebih mudah menangkap konsep abstrak tentang ukuran tendensi sentral, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.
2. Penelitian Masruchin, 2004 dengan judul “Meningkatkan Ketrampilan Siswa dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel dengan Pembelajaran Berbantuan Kartu Variabel dan kartu Bilangan pada Siswa SMP 2 Grabag”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah, pada umumnya guru mengajarkan materi dengan cara mengikuti urutan latihan soal pada buku paket atau buku lembar kerja. Situasi ini membuat siswa mengalami kejenuhan belajar materi matematika termasuk belajar materi persamaan linier yang dipandang abstrak dan sukar. Penelitian ini menawarkan suatu strategi yang memanfaatkan alat peraga. Alat peraga tersebut berbentuk kartu-kartu variabel dan kartu-kartu bilangan. Kartu-kartu tersebut dimulai dibuat oleh guru dan selanjutnya siswa diminta untuk membuat kartu yang sama secara berkelompok 5 orang. Pada pembelajaran tatap muka di kelas guru mendemonstrasikan penggunaan kartu-kartu tersebut, selanjutnya memberi soal dan siswa bekerja dengan kartu mereka masing-masing secara kelompok. Pembelajaran dengan kartu variabel dan kartu angka dalam 3 siklus hasilnya menunjukkan adanya perubahan pada diri siswa, bahwa keaktifan siswa belajar menjadi lebih semangat, kemampuan memecahkan soal menjadi lebih trampil dan hasil belajar siswa pun meningkat.
3. Penelitian Suyitno, 2005 dengan judul “Upaya meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Proram Percepatan SMP 2 Semarang dalam Pelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan IBL (Inquiry based Learning) sebagai strategi yang Berasosiasi dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandangan guru bahwa siswa kelas percepatan karena kepandaiannya mampu mengatasi permasalahan belajarnya, sehingga guru mengajar sekadarnya. Penelitian ini menawarkan kegiatan, bahwa bagaimanapun juga pintarnya siswa, mereka perlu dibimbing dan difasilitasi proses pembelajarannya. Melalui pemberian tugas terstruktur dikemas bernuansa CTL, untuk dipecahkan masalahan yang ada oleh siswa sendiri (guna menumbuhkan IBL). Disini guru benar-benar sebagai fasilitator. Kegiatan dengan 3 siklus ini membuahkan hasil bahwa pada diri siswa tumbuh adanya peningkatan melakukan inquiry (penemuan), siswa menjadi semakin aktif belajar mandiri, hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat.
4. Penelitian Mastur, 2005 dengan judul “Upaya Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas V SDN Panggang 02 Jepara di dalam Memahami Konsep Phi (p) dan Penerapannya melalui Diskusi Kelompok Kecil, suatu Implementasi RME (Realistic Mathematics Education)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi sulitnya siswa memahami bilangan Phi (p) , kenapa sebenarnya bukan 3,14 atau 22/7. Bermula dari pemikiran sederhana ini peneliti menawarkan suatu tindakan bahwa suatu konsep abstrak matematika bisa dibelajarkan kepada siswa lebih menyenangkan dan sambil bermain siswa mudah menangkap konsep tersebut. Kegiatan ini pada siklus pertama siswa dihadapkan benda-benda yang berbentu lingkaran atau bulat, siswa diminta untuk mengukur sendiri, menghitung sendiri, menyimpulkan sendiri tentang bilangan Phi (p) . Pada siklus kedua siswa diajak melakukan pembelajaran di luar kelas untuk mencari benda apa saja yang membutuhkan bilangan Phi (p) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif dan senang belajar matematika, siswa paham konsep dan tau aplikasi konsep abstrak matematika.
5. Penelitian Winarti, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Media Kartu dan Poster dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di SD Sekaran 01 Semarang”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi pada diri siswa SD masih kurang komunikatif antar teman, siswa masih takut mengemukakan pendapatnya dalam belajar matematika. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan kerja bareng antar kelompok (kooperatif) untuk memecahkan soal-soal yang sudah disiapkan guru dalam bentuk kartu-kartu. Hasil kerja kelompok mereka harus ditulis dalam kertas manila besar (poster) untuk dipresentasikan pada kelompok lain. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mau bekerja sama satu dengan lainnya. Siswa dilatih untuk menulis rangkuman kerja dan siswa dilatih untuk berani melakukan presentasi di depan kelas. Hasil penelitian dengan 3 siklus ini mampu membawa siswa berkomunikasi antar teman secara bebas dan berani, siswa menjadi berani mengemukakan pendapat dibantu dengan poster melalui presentasi, hasil belajar siswa menjadi meningkat.
6. Penelitian Wardono, 2005 dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw-II dan TGT (Team Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi bahwa kemampuan akademik siswa dalam kelas sangat heterogen, antar siswa dalam belajar matematika masih terkesan individualistis, antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai masih terlihat ada jarak. Penelitian ini menawarkan suatu bentuk kegiatan cara belajar kooperatif, dimana siswa terbagi dalam kelompok-kelompok heterogen bermain seperti tipe jigsaw II. Penyelesaian soal-soal yang diberikan mereka dikompetisikan antar kelompok (memainkan permainan game TGT). Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk saling bekerja sama, dimana siswa yang mampu harus membantu siswa yang kurang mampu secara akademik. Disamping itu siswa dilatih untuk aktif mengemukakan pendapat lewat presentasi. Penelitain pembelajaran dengan 3 siklus ini menghasilkan suatu bentuk bahwa siswa semakin bertambah aktif berperan sesuai tugasnya masing-masing, siswa semakin terlibat membantu satu sama lain, siswa yang kurang mampu secara akademik semakin bersemangat dalam belajar, dan siswa yang mampu secara akademik merasa dirinya semakin berguna pada teman sejawatnya. Hasil belajar siswapun juga mengalami kenaikan.
7. Penelitian Sriningsih/Sukestiyarno, 2005 dengan judul “Menumbuhkan Kemampuan Siswa Melakukan Rancang Bangun Geometri bagi Siswa TK melalui pendekatan pemanfaatan alat peraga dan permainan simulasi”. Penelitain ini dilatarbelakangi suatu masalah bahwa anak-anak TK kurang terarah dalam kegiatan bermainnya. Guru kurang bisa menangkap inovasi siswa yang bersiafat heterogen, sehingga tidak bisa memberi fasilitas pada siswa secara individual yang optimal. Pada penelitian ini menawarkan suatu kegiatan yang mengajak siswa tetap bermain dengan menggunakan alat-alat peraga dengan bermain simulasi mengarah pada suatu pembentukan daya inovasi siswa dalam melakukan rancang bangun. Kegiatan rancang bangun ini pada awalnya mengenali bentuk bangun datar geometri, selanjutnya menyusun bangun tertentu dengan peraga bagun datar, pada siklus berikutnya siswa dikenalkan benda ruang dan latihan membentuk bangun tertentu dengan menggunakan bentuk peraga bangun ruang. Pada akhirnya siswa benar-benar dilatih membuat pussle sebagai latihan membuat rancang bangun, mereka membentuk suatu bangun-bangun tertentu menggunakan alat peraga yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa semakin aktif bersemangat bermain bangun geometri, siswa semakin trampil berinovasi membuant bangun-bangun seperti alam pikir mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kemampuan siswa untuk berinovasipun semakin menunjukkan hasil yang memuaskan.
8. Penelitian Sukestiyarno, 2005 dengan judul „Model Pembelajaran Filsafat Ilmu untuk Matematika dengan metode Kooperatif Tim Turnamen bagi Mahasiswa Semester I Pendidikan Matematika UNNES“. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah bahwa pada umumnya pembelajaran mata kuliah Filsafat Ilmu untuk Matematika diajar oleh dosen non matematika, sehingga contoh-contoh perkembangan ilmu kurang spesifik pada perkembangan ilmu matematika. Mahasiswapun menjadi kurang bersemangat belajar mata kuliah yang bersangkutan. Penelitian ini menawarkan suatu kegiatan bahwa pembelajaran filsafat ilmu untuk matematika diajar oleh dosen matematika yang berpengalaman. Kegiatan banyak melibatkan mahasiswa untuk bekerja mandiri. Mahasiswa diberi tugas untuk menyusun makalah secara berkelompok. Tugas yang diberikan antar kelompok adalah sama. Diperlakukan demikian akan pada saat muka dapat melakukan kompetisi antar kelompok untuk memecahkan suatu masalah. Pada saat tatap muka masing-masing kelompok agar melempar pertanyaan dan pertanyaan tersebut dikompetisikan untuk kelompok lainnya. Hasil penelitian ini mampu membawa siswa lebih bersemangat dan aktif mempelajari konsep perkembangan ilmu pada umunya dan perkembangan matematika khususnya. Ketrampilan siswa bermain peran sebagai penyusun dan presentasi makalah menjadi meningkat, hasil belajar siswapun juga menjadi meningkat.
9. Penelitian Sukestiyarno, 2006 dengan judul “Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Meraih Tuntas Belajar dengan Model Pembelajaran Heroic Leadership dan Turnamen Matematika SMA”. Pada peneliitan ini akan dipakan sebagai contoh menyusun proposal, menyusun laporan serta menyusun karya ilmiah (lihat pada pembahasan selanjutnya).
10.
G. Contoh Judul-judul dalam PTK untuk Matematika

Berikut contoh-contoh judul yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menyusun
Penelitian Matematika dengan PTK.

1. Pengembangan Strategi Pembelajaran Kooperatif Learning Tutor Sebaya berbasis Multimedia Komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X materi Geometri Datar.
2. Meningkatkan Pemahaman Konsep Statistika SMA Kelas XI melalui Pendekatan Activities and Class Discussion dengan menggunakan Software Komputer.
3. Upaya meningkatkan penguasaan konsep dan Membentuk Siswa menjadi Matematikawan Kritis melalui Pembelajaran Logika Matematika SMA kelasa XII dengan Strategi Student Team Heroic Leadership.
4. Meminimalkan Sikap Negatif dan Kecemasan Siswa Menangkap Konsep Matematika Dasar melalui Pembelajaran Interaktif dan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya di SD kelas VI.
5. Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Menumbuhkan Wawasan Aplikasi Teknologi pada Pembelajaran Kalkulus SMA kelas XI Dikemas dalam CD Interaktif.
6. Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Multimedia dan Simulasi untuk Meningkatkan Ketrampilan Praktek Matematika Siswa Kelas VIII .
7. Meningkatkan kemampuan komunikasi Matematika dengan optimalisasi Modalitas V-A-K (Visual, Auditori, dan Kinestetik) pada materi Geometri kelas XI.
8. Keefektifan Model Problem Solving dengan kemampuan membangun Alogaritma dalam pembelajaran Matematika terhadap pemahaman konsep atau prinsip siswa pada materi Kalkulus kelas XI.
9. Meningkatkan hasil belajar siswa SD pada materi Penjumlahan Pengurangan Bilangan Bulat melalui Pembelajaran Team Teaching Collaboration Model Tutorial.
10. Meningkatikan Hasil Belajar Siswa kelas VII Materi Aritmatika Sosial melalui Pemberian Tugas Terstruktur Modul dan Permainan Transaksi Jual Beli.
11. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD pada Materi Geometri kelas V melalui Strategi Pembelajaran Pemberian Tugas Terstrukur Materi Baru dan Pemanfaatan Media Peraga Sekitar.

I. Contoh Penyusunan Laporan PTK bidang Matematika

J. Contoh Penulisan Artikel Karya Ilmiah

Kamis, 28 Februari 2008

Karya Tulis Integrasi IMTAQ

UPAYA PENINGKATAN IMAN DAN TAQWA SISWA SMA
MELALUI INTEGRASI PELAKSANAAN INFAK
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
POKOK BAHASAN PROGRAM LINIER

Oleh: Jumbadi

ABSTRAK
Makalah ini, mendeskripsikan tentang upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa melalui pembelajaran yang mengitegrasikan Imtaq dan Iptek. Pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran matematika di kelas III SMA semester pertama materi bahasan Program Linier yang diitegrasikan dengan pelaksanaan Infak. Program Linier merupakan salah satu materi yang merupakan aplikasi matematika dalam bidang ekonomi.
Masalah dalam makalah ini adalah : Bagaimana bentuk pembelajaran Program Linier mata pelajaran Matematika di SMA yang mengintegrasikan pemahaman terhadap pelaksanaan Infak dalam upaya peningkatan imtaq siswa ?
Dalam menyelesaikan masalah dengan Program Linier, paling tidak ada tiga langkah, yaitu (1) mengubah soal cerita menjadi model matematika, (2) menggambar daerah penyelesaian dari model matematika, dan (3) menentukan nilai maksimum
Adapun cara menyelesaikan masalah dengan Program Linier yang dikaitkan dengan upaya peningkatan imtaq siswa tentang kesadaran berinfak adalah dengan menambahkan satu pertanyaan tentang besarnya infak setelah memperoleh keuntungan/laba dari suatu usaha. Dengan demikian urutan penyelesaian masalah dengan Program Linier yang dikaitkan dengan infak adalah sebagai berikut: (1).mengubah soal cerita menjadi model matematika (2) menggambar daerah penyelesaian dari model matematika (3) menentukan nilai maksimum (4) menentukan besar infak dari laba/keuntungan maksimum.



I. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Tujuan Pendidikan Nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini memberi isyarat bahwa semua mata pelajaran yang diberikan di sekolah perlu terkoordinasikan, terpadu dan sinkron menuju kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan peserta didik sesuai dengan agama yang dianutnya. Dengan perkataan lain, peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa bukan hanya menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran Pendidikan Agama saja, tetapi juga guru mata pelajaran lain sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di SMA merupakan ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat. Dua ciri penting dari matematika adalah (1) memiliki obyek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Adapun fungsi pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan bilangan atau angka. Dalam proses pembelajarannya dapat ditempuh, di antaranya dengan diaktifkannya siswa menyelesaikan problem-problem matematika dalam kelompok-kelompok, digunakan alat peraga, diberikan permainan-permainan yang menarik dan lain-lain. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa kepada matematika.
Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa mulai tahun pelajaran 2004/2005, semua jenjang pendidikan di Indonesia menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, sesuai dengan kewenangannya, pemerintah Pusat telah menetapkan Kemampuan Dasar dan Kompetensi Dasar untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran Matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi sebagai berikut:.
1. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma; persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat; sistem persamaan linear-kuadrat; pertidaksamaan satu variabel; logika matematika.
2. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
3. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan bidang; jarak; sudut; dan volum.
4. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara serta memberi tafsiran; menyusun, dan menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan; dan menggunakan aturan peluang dalam menentukan dan menafsirkan peluang kejadian majemuk.
5. Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti.
6. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis singgungnya; menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan teorema faktor dalam pemecahan masalah; menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi dan fungsi invers.
7. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
8. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
9. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.
Nampak bahwa Program Linier merupakan salah satu materi bahasan yang perlu di ajarkan dalam mata pelajaran Matematika di SMA. Materi Program Linier ini diajarkan pada pembelajaran Matematika di kelas III SMA semester pertama. Program Linier merupakan penerapan matematika dalam bidang ekonomi. Dengan bantuan Program Linier sesorang dapat menghitung keuntungan/laba maksimum dari suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau oleh suatu perusahaan. Menurut Islam, setelah seseorang memperoleh suatu keuntungan (rezeki), dianjurkan untuk menyisihkan sebagian rezeki yang diperolehnya dijalan Allah SWT yang sering disebut sebagai infak. Menginfakkan sebagian rezeki yang diperoleh seseorang merupakan salah satu bukti keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semua mata pelajaran selain Pendidikan Agama Islam, diharapkan dapat diitegrasikan peningkatan iman dan taqwa (imtaq) bagi para siswa dalam pelaksanaan pembelajarannya, termasuk dalam pembelajaran Program Linier mata pelajaran Matematika .


B. MASALAH
Bagaimana bentuk pembelajaran Program Linier mata pelajaran Matematika di SMA yang mengintegrasikan pemahaman terhadap pelaksanaan Infak dalam upaya peningkatan imtaq siswa ?

II. KAJIAN TEORI DAN FAKTA

A. Materi Bahasan Program Linier Mata Pelajaran Matematika SMA
Sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), untuk mata pelajan matematika SMA salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa SMA adalah bahasan Program Linier
1. Kompetensi Dasar : Merumuskan masalah nyata ke dalam model matematika sistem pertidaksamaan linear, menyelesaikan, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
2. Materi Pokok : Program Linier
Program Linier merupakan salah satu materi yang merupakan aplikasi matematika dalam bidang ekonomi. Dalam proses pembelajarannya guru perlu menguraikan secara urut beberapa bahasan berikut :
a. Mengubah soal cerita menjadi model matematika
b. Menggambar daerah penyelesaian dari model matematika
c. Menentukan nilai maksimum
3. Contoh Penyelesaian masalah dengan Program Linier.
Untuk memberi gambaran tentang materi pembelajaran Program Linier mata pelajaran matematika di SMA, berikut ini diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan langkah-langkah dalam penyelesaian dengan Program Linier.

Suatu peswat udara mempunyai tempat duduk tidak lebih dari 50 buah. Setiap penumpang bagasinya dibatasi. Untuk setiap penumpang kelas utama 60 kg, dan untuk setiap penumpang kelas ekonomi 20 kg. Pesawat ini hanya dapat membawa bagasi 1200 kg. Jika tiket untuk setiap penumpang kelas utama Rp. 100.000,- dan untuk kelas ekonomi Rp. 50.000,-. Tentukan jumlah uang yang diterima sebesar-besarnya dari penjualan tiket untuk sekali terbang( Ismail B, 1987: 156).

Penyelesaian
a. Langkah 1: Membuat Model Matematika
Misal Banyak penumpang kelas utama = x
Banyak penumpang kelas ekonomi = y
Jumlah uang penjualan tiket = P
Model matematikanya adalah :
x + y £ 50
60 x + 20 y £ 1200
x > 0
y > 0
P = 100.000 x + 50.000 y
Model matematika tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
x + y £ 50
3 x + y £ 60
x > 0
y > 0
P = 100.000 x + 50.000 y
b. Langkah 2: Menggambar daerah penyelesaian dari langkah ke 1
3 x + y = 60


(0,50

(5, 45)
DP
)
(20,0)

x + y = 50

c. Langkah 3: Menentukan nilai maksimum
Tentukan titik potong garis x + y = 50 dan 3 x + y = 60.
x + y = 50
3 x + y = 60
-2x = -10
x = 5, maka y = 45, jadi titik potongnya ( 5 , 45 )

Buat tabel sebagai berikut :
P = 100.000 x + 50.000 y
Titik
Nilai P
(20,0)
2.000.000
(5, 45)
2.750.000
(0,50)
2.500.000

Terlihat Nilai maksimum adalah 2.750.000
Jadi Jumlah uang yang diterima dari penjualan tiket untuk sekali terbang paling banyak sebesar Rp. 2.750.000

B. Pentingnya Infak Bagi Muslim
1. Pengertian Infak
Kata Infak berasal dari bahasa Arab “Infaq”. Menurut bahasa, Infak dapat diartikan hal yang membelajakan atau menafkahkan. Infak menurut istilah agama Islam yaitu menafkahkan atau membelanjakan sebagian harta benda yang dimiliki di jalan yang diridhai Allah SWT, misalnya menginfakkan harta untuk pembangunan masjid, madrasah, jalan, untuk dakwah Islam dan kepentingan lainnya yang diridhai oleh Allah SWT (Rahmat Abd. Pasya. 2005: 51).
Menginfakkan harta benda yang dicintai di jalan Allah SWT tidaklah sia-sia, bahkan mendapatkan pahala lebih besar dari yang pernah dikeluarkannya. Infak juga berfungsi sebagai kesempurnaan Iman dan Islam seseorang. Beberapa ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan perintah Infaq antara lain:
1. Q.S. Al Baqarah : 254
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-orang zhalim.” ( Q.S. Al Baqarah : 254).

2. Q.S. Al Baqarah: 261
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S. Al Baqarah: 261).

3. Q.S. Ali Imran: 92
“Kamu sesekali tidak akan sampai kepada suatu kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu sanggup menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan (infakkan), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” ( Q.S. Ali Imran: 92).

2. Hukum Infak
Hukum asal memberikan infak sama dengan hukum memberikan sedekah jariyah
yaitu sunah. Namun dalam keadaan tertentu, hukumnya bisa menjadi wajib,makruh bahkan haram. (Rahmat Abd. Pasya, 2005: 52)
a. Sunah : apabila memiliki kelebihan harta dan kita mampu menginfakkan harta itu.
b.Wajib : apabila orang yang menerimanya adalah mereka yang sangat membutuhkannya
c. Makruh : apabila harta yang diberikan tidak dimanfaatkan atau diberikan kepada mereka yang mampu.
d.Haram : apabila harta yang diberikan digunakan untuk perbuatan tercela ( berjudi, mabuk-mabukan, zina dan sebagainya).

3. Manfaat Infak
Adapun manfaat dan kegunaan infak antara lain:
a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Meringankan kesulitan orang lain.
c. Mempersiapkan bekal di akherat
d. Menghapus kecemburuan masyarakat dan menutup jurang pemisah antara orang kaya dan miskin
e. Memajukan lembaga-lembaga pendidikan Islam
f. Meningkatkan syiar Islam (Rahmat Abd. Pasya. 2005: 52)

C. Pengamalan Infak Siswa SMA

Menurut pengematan penulis dan juga hasil sharing dengan guru pendidikan agama Islam di SMAN Negeri Colomadu, secara umum pengamalan infak dari para siswa SMA masih tergolong rendah. Hal ini mungkin sekali karena kurangnya pemahaman para siswa terhadap pentingnya zakat ini.

III. TINJAUAN / ULASAN

1. Cara Pengaitan Materi Pembelajaran Program Linier dengan Imtaq
Untuk mengaitkan materi pembelajaran Program Linier dengan Imtaq, guru dapat menghubungkannya dengan Q.S. Al Baqarah : 254 sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-orang zhalim.” ( Q.S. Al Baqarah : 254).
Selanjutnya Q.S. Al Baqarah: 261, yang berbunyi:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S. Al Baqarah: 261).
Serta dipertegas lagi dengan Q.S. Ali Imran: 92
“Kamu sesekali tidak akan sampai kepada suatu kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu sanggup menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan (infakkan), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” ( Q.S. Ali Imran: 92).
Nampak dari ketiga ayat tersebut secara tegas Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menyisihkan sebagian rezeki yang telah diperolehnya, guna di belanjakan/diinfakkan di jalan Allah. Misalnya menginfakkan harta untuk pembangunan masjid, madrasah, pembuatan jalan, untuk pengajian, membantu orang yang kekurangan, membantu anak yatim dan kepentingan lainnya yang diridhai oleh Allah. Menginfakkan harta benda yang dicintai di jalan Allah SWT tidaklah sia-sia, bahkan mendapatkan pahala lebih besar tujuh ratus kali lipat dari yang pernah dikeluarkannya. Dapat dikatakan bahwa dengan diinfakkan harta tidak akan berkurang bahkan akan semakin bertambah banyak dan disisi Allah akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Disamping itu infak juga berfungsi sebagai kesempurnaan Iman dan Islam seseorang, sekaligus sebagai tanda syukur seseorang kepada Allah SWT. Ingat bahwa jika kita syukur maka Allah akan menambah kenikmatan yang kita peroleh, namun jika kita kufur maka azab Allah sangat pedih.
Dalam setiap perniagaan yang memberikan keuntungan/laba, baik yang masih kecil maupun yang sudah ber-omset besar, baik usaha pribadi maupun perusahaan yang lebih besar, untuk menghitung perolehan keuntungan maksimal sering menggunakan bantuan Matematika khususnya dengan Program Linier. Setelah memperoleh keuntungan/ laba tentunya sebagian dari hasil usaha itu kita infakkan / belanjakan di jalan Allah. Dalam hal penyelesaian masalah suatu usaha agar memperoleh keuntungan/laba maksimal dengan Program Linier, guru dapat menambahkan pertanyaan baru yang berhubungan dengan peningkatan imtaq siswa, khususnya tentang pentingnya kesadaran pelaksanaan infak. Misalnya siswa dimohon menghitung berapa besar infak yang dikeluarkan dari hasil keuntungan yang diperoleh, jika ditetapkan infaq 2,5 %. atau 1% dan sebagainya.
Dengan demikian, materi Program Linier mata pelajaran Matematika SMA yang mengintegrasikan pemahaman infak, dapat dibuat urutan sebagai berikut:
1. Mengubah soal cerita menjadi model matematika
2 Menggambar daerah penyelesaian dari model matematika
3 Menentukan nilai maksimum dan menentukan besar infak dari nilai maksimum dengan prosentase yang ditentukan.

Untuk memotivasi tentang pentingnya membelanjakan harta di jalan Allah dengan ikhlas, para siswa dimohon mendalami Q.S Al Baqarah : 264.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si-penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu di timpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” ( Q.S. Al Baqarah : 264).

2. Contoh penyelesaian masalah dengan Program Linier yang dikaitkan dengan
kesadaran berinfak

Berikut ini dipaparkan contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan Program
Linier yang diintegrasikan dengan pentingnya kesadaran siswa terhadap infak.

1. Sebuah perusahaan real estate akan membangun kompleks perumahan di atas lahan seluas 12.500 m2, yang terdiri atas dua tipe rumah. Sebuah rumah tipe I memerlukan
luas lahan 150 m2 dan sebuah rumah tipe II memerlukan lahan 100 m2. Selain itu 1700 m2 lahan harus disisihkan untuk fasilitas jalan dan taman.Rumah yang dibangun tidak boleh lebih dari 960 buah.Rumah tipe I dan tipe II masing-masing memberikan keuntungan Rp. 5 juta dan Rp. 4 juta.,
Tentukan a. Keuntungan maksimum yang diperoleh perusahaan real estate dalam
proyek tersebut
b. Besar infak yang dikeluarkan oleh perusahaan real estate tersebut, jika ditentukan sebesar 2,5% dari keuntungan.

Penyelesaian
a. Langkah 1: Membuat Model Matematika
Misal Banyak Rumah tipe I = x
Banyak Rumah tipe II= y
Jumlah keuntungan = K
Model matematikanya adalah :
x + y £ 960
150 x + 100 y £ 108.000
x > 0
y > 0
K = 5.000.000 x + 4.000.000 y
Model matematika tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
x + y £ 960
3 x + 2 y £ 2.160
x > 0
y > 0
K = 5.000.000 x + 4.000.000 y
b. Langkah 2: Menggambar daerah penyelesaian dari langkah ke 1


3 x + 2 y = 2.160

(0,960)

(240,720)
DP

(720,0)
x + y = 960

c. Langkah 3: Menentukan nilai maksimum
Tentukan titik potong garis x + y = 960 dan 3 x + 2y = 2160.
2x + 2y = 1920
x + 2y = 2160
-x = -240
x = 240, maka y = 720, jadi titik potongnya (240 , 720 )

Buat tabel sebagai berikut :
K = 5.000.000 x + 4.000.000 y
Titik
Nilai K
(720,0)
3.600.000.000
(240,720)
4.080.000.000
(0,960)
3.840.000.000

Terlihat Nilai maksimum adalah 4.080.000.000
Jadi a. Keuntungan paling banyak sebesar Rp. 4.080.000.000,-
b. Besar infak yang harus dibayarkan : 2.5 % X Rp. 4.080.000.000,- =
Rp.102.000.000,-
2. Seorang penjaja kue membeli kue A dengan harga Rp.1000,- dan dapat menjualnya dengan harga Rp. 1300,00 setiap potong. Ia membeli kue B Rp.2000,- setiap potong dan dapat menjualnya Rp. 2800,-. Jika ia hanya mempunyai modal Rp.40.000,-dan setiap hari ia hanya dapat menjual kue itu sebanyak 30 potong, maka hitunglah
a. Laba terbesar yang diperoleh penjaja kue tersebut selama 30 hari..
b. Infak yang perlu dibayarkan setelah 30 hari sebesar 1% dari laba terbesar.
Penyelesaian
a. Langkah 1: Membuat Model Matematika
Misal: Banyak kue A = x
Banyak kue B = y
Laba untuk satu hari = L
Model matematikanya adalah :
x + y £ 30
1000 x + 2000 y £ 40.000
x > 0
y > 0
L = 300 x + 800 y
Model matematika tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
x + y £ 30
x +2 y £ 40
x > 0
y > 0
L = 300 x + 800 y

b. Langkah 2: Menggambar daerah penyelesaian dari langkah ke 1


x + y = 30
(0,20)
(20,10)

DP
(30,0) x +2 y = 40


c. Langkah 3: Menentukan nilai maksimum
Tentukan titik potong garis x + y = 30 dan x +2 y = 40
x + y = 30
x +2y = 40
-y = -10 maka y = 10 dan x = 20
Jadi titik potongnya ( 20,10 )
Buat tabel sebagai berikut :
L = 300 x + 800 y

Titik
Nilai L
(30,0)
9.000
(20,10)
14.000
(0,20)
16.000

Terlihat Nilai maksimum adalah 16.000
a.Jadi Laba yang diperoleh penjaja kue paling banyak untuk I hari sebesar Rp. 16.000,- sehingga pendapatan laba terbesar selama 30 hari adalah 30 x Rp. 16.000,- = Rp.480.000,-
b. Infak yang perlu dikeluarkan : 1% X Rp. 480.000,- = Rp. 4.800,-

IV. PENUTUP

Kesimpulan
1. Program Linier merupakan salah satu materi yang perlu diajarkan dalam pembelajaran Matematika di kelas III SMA semester pertama. Program Linier merupakan salah satu materi yang merupakan aplikasi matematika dalam bidang ekonomi. Dalam menyelesaikan masalah dengan Program Linier, paling tidak ada tiga langkah, yaitu mengubah soal cerita menjadi model matematika, menggambar daerah penyelesaian dari model matematika, dan menentukan nilai maksimum
2. Setelah mendapat rezeki, seorang muslim sangat dianjurkan agar menyisihkan sebagian harta diperolehnya untuk dinfakkan di jalan Allah SWT.
3. Upaya peningkatan iman dan taqwa (imtaq) bagi siswa SMA, dapat ditumbuhkan melalui integrasi pembelajaran Matematika khususnya materi bahasan Program Linier, dengan pelaksanaan infak.
4. Dalam menyelesaikan masalah dengan Program Linier yang dikaitkan dengan upaya peningkatan imtaq siswa tentang kesadaran berinfak, dapat dilakukan dengan menambahkan satu pertanyaan tentang besarnya infak setelah memperoleh keuntungan/laba dari suatu usaha. Dengan demikian urutan penyelesaian masalah dengan Program Linier yang dikaitkan dengan infak adalah sebagai berikut:
a. Mengubah soal cerita menjadi model matematika.
b. Menggambar daerah penyelesaian dari model matematika
c. Menentukan nilai maksimum dan menentukan besar infak dari laba/keuntungan maksimum.

Saran-saran

1. Kondisi perekonomian bangsa Indonesia secara umum masih memprihatinkan, hal ini diindikasikan masih banyak anggota masyarakat usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan sekolah dikarenakan faktor biaya. Dengan semakin tumbuhnya kesadaran berinfak dari masyarakat yang berkemampuan ekonomi baik, diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk yang putus sekolah. Oleh karena itu pemahaman dan kesadaran berinfak ini perlu ditumbuhkembangkan dikalangan masyarakat termasuk siswa SMA. Untuk siswa SMA, dapat melalui pembelajaran dikelas, baik dalam pembelajaran Pendidikan agama maupun mata pelajaran lain termasuk dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu hendaknya guru selalu mengkaji agar semua materi pembelajaran yang diampu dapat diintegrasikan dengan peningkatan imtaq siswa.
2. Para guru hendaknya selalu mengadakan inovasi pembelajaran terutama yang dapat mengintegrasikan dengan upaya peningkatan imtaq siswa. Guru diharapkan selalu berusaha “menciptakan” forum yang dapat menumbuhkembangkan kualitas imtaq pribadi dan komunitasnya dan kualitas “keprofesiannya” sebagai guru. Beberapa kesempatan yang dapat kita manfaatkan misalnya forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Forum MGMP, selain membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan mata pelajaran “ansih”, dapat juga digunakan untuk membicarakan upaya peningkatan kualitas imtaq, baik untuk siswa maupun bagi guru. Meminjam istilah yang dipopulerkan KH.Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) untuk mengadakan perubahan yang besar, hendaknya kita mulai dari hal-hal yang kecil, dimulai dari kita sendiri dan kita mulai sekarang juga.
3. Pemerintah Daerah perlu menfasilitasi upaya-upaya yang dilakukan oleh para guru, guna peningkatan kualitas imtaq siswa melalui pembelajaran, misalnya dengan mengadakan lomba antar guru / antar MGMP yang berhubungan dengan pengintegrasian peningkatan imtaq siswa dalam pembelajaran


DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim Nasution. Matematika 2 SMA.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta:1994.

Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Keagamaan Islam Guru Bukan Pendidi.kan Agama SLTP dan SLTA. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : 2004.

Ismail B,. Metode Pembahasan 2000 Soal Matematika SMA. M2S, Bandung: 1987.

M.Zain Abdullah. Indeks Ayat-Ayat Al Qur’an. Ramadhani, Solo: 1988.

Naskah Keterkaitan Mata Pelajaran di SLTA dengan Imtaq, Matematika. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : 2001

Noenik Sumartoyo,Prof, Dra.Matematika SMA Jilid 2.Erlangga, Jakarta:1989.

Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Matematika. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : 2003.

Rahmat Abd. Pasya. Bina Fikih.Erlangga, Jakarta: 2005.

Salim Bahreisy & Said Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir. PT. Bina Ilmu, Surabaya: 1987.

Sartono Wirodikromo. Matematika Untuk Kelas XII Semester 1. Erlangga, Jakarta:
2002.

Soenarjo,SH.,Prof. Alqur”an dan Terjemahannya. Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Alqur’an. Jakarta:1971.
























BIODATA

Drs. Jumbadi, M.Pd., dilahirkan di Sragen, 21 Juni 1964. Sejak kuliah, aktif mengajar dibeberapa sekolah antara lain di SMP Bhakti Praja Kalijambe Sragen, SMEA Tunas Pembangunan Surakarta, SMA Al Islam I Surakarta dan SMA Assalaam Sukoharjo. Lulus dari FKIP UNS Surakarta, Jurusan Matematika tahun 1988. Sejak tahun 1994 sampai sekarang aktif sebagai tenaga pendidik di SMA Negeri Colomadu karanganyar, Jawa Tengah Aktif di kegiatan MGMP Matematika Kabupaten Karanganyar sebagai Ketua, disamping itu aktif sebagai Ketua Forum Ilmiah Guru ( F I G) Kabupaten Karanganyar. Disamping itu juga aktif diberbagai Yayasan Pendidikan antara lain Yayasan Pendidikan Nurul Ilmi Surakarta dan Yayasan Al Abidin Surakarta.
Dengan biaya sendiri tahun 2000 menempuh Studi di Program Pasca Sarjana UNS Surakarta, Program Studi Teknologi Pendidikan dan lulus tahun 2002. Hasil Karya Tulis yang telah dimuat di beberapa jurnal Pendidikan antara lain : (1). Strategi Pembelajaran Matematika dengan Sempoa di Kelas Awal Sekolah Dasar (Jurnal Pendidikan Widya Tama LPMP Jawa Tengah, September 2004) (2). Strategi Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).( Jurnal Ilmiah Pendidikan Widya Sari, UKSW Salatiga, Januari 2005) (3). Strategi Pelaksanaan Program Tutorial sebaya Dalam Pembelajaran Matematika Di SMA (Jurnal Pendidikan Widya Tama LPMP Jawa Tengah, September 2005).

Hasil Karya Tulis Anggota MGMP Matematika SMA Kra

STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM TUTORIAL SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMA
(Suatu Studi Kasus Pada SMA Negeri Colomadu Karangnyar)

Oleh Jumbadi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Strategi Pelaksanaan Program Tutorial Sebaya dalam upaya peningkatan motivasi dan prestasi mata pelajaran Matematika, khususnya siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Program Tutorial Sebaya, memberikan salah satu alternatif upaya agar potensi siswa yang tergolong pandai dapat dioptimalkan kamanfaatannya, guna kemajuan dan peningkatan kualitas hasil pembelajaran, terutama untuk siswa yang termasuk rendah motivasi dan prestasinya.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik analisis data interaktif. Teknik analisis data interaktif menekankan adanya reduksi data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diversifikasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data digunakan triangulasi dan auditing. Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri serta guru matematika dan siswa kelas X SMA Negeri Colomadu.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan Program Tutorial Sebaya pembelajaran Matematika antara lain: identifikasi siswa, membentuk kelompok, program pelatihan tutor, pelaksanaan tutorial, koordinasi dan konsultasi dengan guru, dan Olimpiade matematika antar kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan Program Tutorial Sebaya di kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar Jawa Tengah tahun pelajaran 2004/2005, berhasil dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Matematika para siswa. Kenaikan rata-rata nilai ulangan harian sebesar 39.12 % bagi grup siswa yang dibina/klien dan rata-rata naik sebesar 5.84 % untuk grup siswa pembina/tutor.Dapat dilihat bahwa program ini berhasil dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa, baik untuk siswa yang semula tergolong lemah motivasi dan kurng berprestasi maupun bagi siswa yang memang sudah mempunyai motivasi berprestasi.






I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan Undang-undang. Sistem Pendidikan Nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai perwujudan cita-cita nasional tersebut telah diterbitkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Setiap warga negara mempuyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pasal 37 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, juga menjelaskan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian pelajaran tentang Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olah Raga, Ketrampilan dan Muatan Lokal.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat. Dua ciri penting dari matematika adalah (1) memiliki obyek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Adapun fungsi pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan bilangan atau angka. Dalam proses pembelajarannya dapat ditempuh, di antaranya dengan diaktifkannya siswa menyelesaikan problem-problem matematika dalam kelompok-kelompok, digunakan alat peraga, diberikan permainan-permainan yang menarik dan lain-lain. Semua ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa kepada matematika. Untuk membuat siswa dapat menyenangi mata pelajaran matematika di SMA, dalam pembelajaran matematika hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) kemampuan siswa, 2) kesenangan/minat siswa terhadap matematika 3) kegunaan matematika, dan 4) faktor-faktor yang dapat menunjang pembentukan pribadi.(Ruseffendi, 1989:15-16)
Banyak usaha pemerintah dalam upaya peningkatan keberhasilan dan kualitas pembelajaran matematika SMA, diantaranya mulai tahun pelajaran 2004/2005, diberlakukannya kurikulum 2004 di tingkat SMA mulai kelas X (kelas I SMA) . Kurikulum SMA 2004 merupakan Kurikulum yang Berbasis Kompetensi yang sering di singkat KBK. Kebijakan pemerintah menggunakan KBK didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah dan guru memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standart nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah dan guru adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah dan guru untuk mengembangkan standart tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan kompetensi dasar atau indikator pencapaian.
Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa SMA terutama di daerah, masih belum begitu menggembirakan. Menurut pengalaman penulis sebagai guru matematika, setiap diadakan ulangan harian, meskipun ada beberapa siswa yang dapat dikatakan berhasil memperoleh prestasi yang baik, namun masih lebih banyak siswa yang mempunyai nilai kurang atau bahkan tidak baik. Biasanya siswa yang berprestasi baik cenderung semakin mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan sebaliknya para siswa yang merasa kurang berhasil, justru motivasi belajarnya semakin menurun. Dengan semakin melemahnya motivasi dari siswa yang kurang pandai tersebut akan berakibat prestasinya semakin turun. Banyak siswa SMA, yang merasa segan atau bahkan malu bertanya pada gurunya, mereka mungkin lebih terbuka dengan teman sebayanya yang mereka anggap lebih cocok. Dengan kondisi demikian akan semakin menjadikan lemahnya motivasi berprestasi para siswa yang termasuk siswa kurang pandai tersebut.
Oleh karena itu perlu ada usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi berprestasi bagi siswa yang tergolong kurang pandai tersebut. Salah satu diantaranya adalah dengan program tutorial oleh siswa berprestasi baik dalam mata pelajaran matematika, yang penulis sebut sebagai program tutorial sebaya.

B. MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut, timbul suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan Tutor Sebaya dalam upaya peningkatkan motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika bagi siswa SMA?
2. Bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru matematika SMA untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan Program Tutorial Sebaya?

C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah dalam pembelajaran Matematika di kelas X tahun pelajaran 2004/2005, di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar.

II. KAJIAN TEORI

Motivasi Berprestasi

Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 1995: 106), merumuskan bahwa “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang dapat diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk merumuskan tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan energi penggerak yang utama dari seseorang untuk mencapai tujuan dengan cara berprestasi. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan mempunyai usaha yang keras untuk belajar agar cita-citanya dapat berhasil. Jika seseorang berhasil mengerjakan suatu tugas yang orang lain tidak bisa melakukannya, maka orang itu kemungkinannya akan mengatakan bahwa dirinya mampu, demikian dikatakan oleh Weiner (dalam Margeret E. Bell Gleder, 1994:447).
Motivasi berprestasi penting bagi siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono, bagi siswa pentingnya motivasi berprestasi adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebaya (3) mengarahkan kegiatan belajar (4) membesarkan semangat belajar (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Bila motivasi tersebut disadari oleh siswa, maka dapat dikatakan bahwa tugas belajar akan dapat terselesaikan dengan baik (Dimyati dan Mudjiono, 1999:85).
Motivasi berprestasi dapat bersumber dari dalam diri siswa yang sering disebut motivasi internal dan dapat bersumber dari luar siswa yang dikenal dengan motivasi eksternal (Dimyati dan Mudjiono, 1999:90). Di samping itu, motivasi dapat juga dibedakan mempunyai dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrensik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri, sedangkan motivasi ekstrensik merupakan motivasi yang disebabkan oleh faktor dari luar siswa (Oemar Hamalik, 1995:112). Dengan kata lain bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang hidup dalam peserta didik untuk selalu ingin belajar. Selanjutnya Oemar Hamalik menyatakan bahwa munculnya sifat motivasi belajar, apakah motivasi intrinsik atau motivasi ekstrensik bergantung dan dipengaruhi oleh 1) tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong perbuatan dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya, 2) sikap guru terhadap kelas, guru yang bersikap bijak dan selalu merangsang siswa untuk berbuat ke arah suatu tujuan yang jelas dan bermakna bagi kelas, akan menumbuhkan sifat intrinsik, tetapi bila guru lebih menitikberatkan pada rangsangan-rangsangan sepihak maka sifat ekstrensik menjadi lebih dominan, 3) pengaruh kelompok siswa; bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasinya lebih condong ke motivasi ekstrensik, 4) suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa, suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik dibabandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan (Oemar Hamalik, 1995:113). Dapat dikatakan bahwa pengaruh kelompok lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa. Siswa SMA yang masih tergolong remaja sedang mencari kebebasan dari orang dewasa. Mereka menempatkan hubungan dalam kelompoknya lebih tinggi, sehingga apa saja yang dilakukan oleh kelompoknya akan lebih mereka prioritaskan untuk dikerjakan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tutorial materi pelajaran atau soal yang dianggap sulit akan lebih efektif jika dilakukan oleh teman sebaya dalam kelompoknya.

B. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi diantara guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis, guna kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dari seorang guru adalah bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas. Hal ini merupakan masalah yang tidak mudah bagi guru, karena siswa bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan yang lain, yaitu aspek intelektual, psikologis dan biologis (syaiuful Bahri dan Aswan Zain, 1997:1). Ketiga aspek tersebut sering diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku siswa di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar dicapai. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru masih terbuka lebar, salah satu caranya adalah dengan menerapkan starategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan siswa.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, maupun dari aspek materi yang dipelajari dalam rangka menunjang tercapainya kompetensi. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran Matematika menekankan penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Ditinjau dari aspek materi pelajaran, cakupan atau ruang lingkup pelajaran Matematika SMA meliputi: Logika, Aljabar, Kalkulus, Geometri, Trigonometri, dan Statistika. Di samping itu Matematika juga bersifat hierarkis yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Endang Wahyuningsih dan Endang Suhendar berpendapat untuk mempelajari Matematika hendaknya berprinsip pada: (1) materi matematika disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu, (2) seorang siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya, (3) perbedaan kemampuan antarsiswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya, (4) penguasaan topik baru oleh seorang siswa tergantung pada penguasaan topik sebelumnya ( Endang Wahyuningsih dan Endang Suhendar, 2003: 2).
Untuk mata pelajaran Matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi sebagai berikut.
1. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma; persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat; sistem persamaan linear-kuadrat; pertidaksamaan satu variabel; logika matematika.
2. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
3. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan bidang; jarak; sudut; dan volum.
4. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara serta memberi tafsiran; menyusun, dan menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak kemungkinan; dan menggunakan aturan peluang dalam menentukan dan menafsirkan peluang kejadian majemuk.
5. Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang rumus trigonometri dan menyusun bukti.
6. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran beserta garis singgungnya; menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan teorema faktor dalam pemecahan masalah; menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan fungsi komposisi dan fungsi invers.
7. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
8. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
9. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks, vektor, transformasi, fungsi eksponen dan logaritma dalam pemecahan masalah.

C. Tutor Sebaya
Siswa SMA rata-rata mempunyai usia antara 15 – 20 tahun, yang dalam psikologi perkembangan dikelompokkan ke dalam kategori remaja. Pada usia ini, para remaja biasanya senang berkelompok dengan teman sebaya, yang merupakan dunia nyata bagi mereka. Di dalam kelompok sebaya ini, mereka merumuskan dan memperoleh konsep dirinya serta merasa diperhitungkan oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya. Singgih D. Gunarso menyatakan bahwa di dalam kelompok mereka sendiri, tidak akan terdengar omelan. Si remaja tidak akan ditertawakan oleh kawan-kawannya bila kurang berhasil di dalam usaha-usaha bergaul atau dalam prestasi. Remaja yang berkumpul dalam suatu kelompok merasa diri aman dan terlindungi dari ancaman atau gangguan dari luar. Rasa aman dan terlindung dapat menimbulkan rasa persatuan yang kuat antar anggota kelompok. Kesatuan dan rasa persatuan ini bisa menjadi demikian kuatnya sehingga menimbulkan keberanian yang berlebihan (Singgih D. Gunarso, 1986:79).
Peranan guru dalam bimbingan belajar terhadap siswa yang mempunyai masalah belajar antara lain:
1. Pemantapan sikap, kebiasaan dan ketrampilan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi dan kaya.
2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
3. Pemantapan penguasaan materi program belajar keilmuan tehnologi dan atau seni di Sekolah Menengah Atas dan sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya dilingkungan sekolah, dan atau alam sekitar, serta masyarakat untuk pengembangan diri.
5. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi (Konsep Belajar Tuntas, Depdiknas RI, 2003:12 – 15)
Pada kenyataan di lapangan, banyak siswa yang mengalami masalah belajar matematika, padahal tugas guru matematika sudah demikian padat, sehingga untuk menangani para siswa yang mempunyai masalah dalam belajar termasuk yang mempunyai motivasi belajar rendah sering mengalami banyak kendala.Oleh karena itu guru dapat mencoba memanfaatkan siswa yang tergolong pandai untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Siswa yang berprestasi baik dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai patner belajar kelompok dengan siswa yang termasuk kurang berprestasi dan mempunyai motivasi belajar rendah, dalam hal ini penulis sebut sebagai tutorial sebaya. Tutor sebaya dapat diartikan sebagai siswa yang mempunyai prestasi belajar matematika yang baik serta mempunyai motivasi belajar tinggi serta telah diberikan pelatihan yang relevan dan menggunakan ketrampilan serta kemampunannya tersebut untuk menolong, memotivasi siswa, yang mempunyai motivasi rendah. Dengan ketrampilannya tutor sebaya diharapkan dapat membantu siswa yang bermasalah dengan cara membantu dalam pengerjaan soal matematika yang diberikan oleh guru atau sumber belajar lain. Siswa yang pandai menjadi tutor bagi mereka yang rendah motivasi belajarnya. Dalam kaitannya dengan pembentukan kelompok dalam program tutorial sebaya perlu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti yang dinyatakan oleh Singgih D. Gunarso, bahwa pembentukan kelompok harus disertai persyaratan tertentu, supaya rasa persatuan anggotanya tidak menjurus ke perbuatan-perbuatan yang merusak antara lain: (1) Pembentukan suatu kelompok memerlukan pengawasan. (2) Perlu adanya remaja pemimpin yang lebih matang pemikirannya, sehingga dapat mengalihkan perhatian kawan-kawannya ke hal-hal yang bersifat membangun dan berguna. (3) Tempat berkumpul anggota-anggota kelompok sebaiknya pada tempat yang cukup terbuka.(4) Sebaiknya dalam aktifitas kelompok diselipkan acara diskusi, perdebatan yang tidak hanya dilakukan oleh anggota sendiri, tetapi mengikutsertakan orang luar (Singgih D. Gunarso, 1986:80-81).


III. METODOE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran matematika dengan Program Tutorial Sebaya, di kelas X Sekolah Menengah Atas. Subjek penelitianya siswa kelas X semester 2, SMA Negeri Colomadu Karanganyar Jawa Tengah tahun pelajaran 2004/2005, sebanyak 80 siswa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Dalam studi kasus ini peneliti mencoba untuk mencermati secara mendalam tentang strategi pembelajaran matematika. Di dalam penelitian kualitatif semua teknik pengumpulan data sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data yang utama. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan, dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan di dalam kelas pada saat siswa mengikuti pelajaran. Untuk mekengkapi data penelitian dari hasil pengamatan digunakan dokumentasi dari data yang ada, misalnya daftar hadir siswa, administrasi mengajar guru dan dokumen lainnya yang mendukung penelitian ini. Disamping itu penulis mengadakan semacam sharing dengan teman sejawat yang juga mengajar matematika di kelas X.
Analisis data dilakukan secara terus menerus, yaitu analisis dilakukan sambil mengumpulkan data dan setelah data terkumpul. Untuk kepentingan penelitian ini digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu 1) triangulasi, dan 2) auditing.



IV.HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Peranan Tutor Sebaya dalam Upaya Peningkatkan Motivasi berprestasi
1. Peranan Umum
Secara umum tutor sebaya mendekatkan ikatan emosi antara siswa sebaya yang bermasalah (klien) dengan tutor (tutor sebaya). Kedekatan emosi yang terjalin antara tutor dan klien (dalam hal ini tutor sebaya dengan siswa yang bermasalah) akan memungkinkan siswa sebaya lebih terbuka dalam mengungkapkan masalah. Dengan bekal kemampuan dari hasil pelatihan, tutor sebaya menginventarisir masalah yang dihadapi siswa sebaya yang mempunyai masalah, utamanya yang berkaitan dengan masalah pembelajaran matematika dan motivasi belajar. Jika memungkinkan, tutor sebaya merasa tidak mampu maka tutor sebaya bisa mengalihkan kepada guru matematika. Pendeknya tutor sebaya membuka peluang siswa sebaya bermasalah terbuka mengungkapkan permasalahannya. Selanjutnya akan membuka pula peluang pegelolaan belajar sendiri lebih baik. Pengelolaan belajar sendiri dengan baik akan mengakibatkan motivasi dan prestasi berprestasi meningkat, baik bagi tutor maupun klien.

2. Peranan Khusus
Ada beberapa bidang masalah belajar yang sering dihadapi para siswa, oleh karena itu tutor sebaya dapat berperan untuk membantu kesulitan belajar siswa sebaya yang bermasalah.
a. Bidang penyelesaian terhadap tugas
Tutor sebaya dapat menolong siswa sebaya yang mempunyai masalah penyelesaian terhadap tugas dengan memberikan bimbingan secara langsung atau berupaya menyelesaikan dengan banyak membaca atau mengerjakan soal yang dianjurkan guru.
b. Bidang cara belajar
Tutor sebaya dapat membantu siswa sebaya yang mempunyai masalah dengan memberikan gambaran berbagai cara belajar. Tidak menutup kemungkinan mengungkapkan pengalaman cara belajar yang pernah dilaksanakan dengan hasil-hasilnya. Cara belajar bagi seorang belum tentu cocok untuk orang lain, perlu diungkapkan karena masing-masing siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Siswa sebaya yang mengalami masalah ini dipersilahkan untuk memilih cara yang tepat bagi dirinya.
c. Bidang sikap terhadap guru.
Sikap terhadap guru biasanya turut menentukan motivasi untuk mempelajari materi yang dianjurkan guru tersebut. Jika siswa tertarik atau mempunyai simpati terhadap guru biasanya selalu berusaha menguasai materi yang diberikan. Pemahaman semacam itu bisa disampaikan oleh tutor sebaya. Pemahaman ini dapat mengubah sikap dan motivasi belajar materi yang diberikan.
d. Bidang presepsi terhadap pendidikan pada umumnya.
Kesalahan presepsi terhadap pendidikan pada umumnya dapat diluruskan oleh tutor sebaya dengan berorientasi pendidikan masa depan artinya bahwa pendidikan yang diikuti itu akan menentukan kualitas hidup siswa pada masa yang akan datang.
Dengan pemahaman akan peran tutor sebaya dalam membantu siswa sebaya yang bermasalah tersebut maka masalah-masalah belajar yang sering dihadapi oleh para siswa, utamanya siswa yang mempunyai prestasi rendah akan dapat dikurangi atau mungkin diperbaiki (dihilangkan). Apabila masalah-masalah belajar sering timbul dapat teratasi maka siswa akan mampu mengelola belajar sendiri dengan baik. Pada gilirannya pelaksanaan pembelajaran di kelas yang baik diikuti dengan pengelola belajar sendiri yang baik seperti dikatakan dimuka, diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.

B. Langkah-langkah Pelaksanaan Program Tutorial Sebaya
Berikut ini akan dipaparkan langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam melakasanakan program tutorial sebaya.
1. Identifikasi Siswa
Sambil mengadakan tatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran, guru mulai mengidentifikasi siswa yang sangat menonjol kemampuan dan motivasinya (dinamakan grup upper) maupun siswa yang sangat kurang kemampuan dan motivasi belajarnya (dinamakan grup lower), dijadikan daftar sementara. Setelah guru menganggap cukup dalam membahas materi pembelajaran matematika, perlu segera diadakan ulangan harian untuk evaluasi kemampuan siswa. Bila guru belum yakin tentang pemetaan kemampuan siswa sementara tersebut, sebaiknya diadakan ulangan harian lagi dengan topik yang sama atau berbeda. Berdasarkan daftar sementara dan nilai ulangan harian, guru matematika dapat melengkapi informasi tentang siswa yang termasuk dalam daftar sementara tersebut. Informasi siswa dapat diperoleh pada guru Bimbingan Konseling dan wali kelas. Selanjutnya guru matematika dapat membuat daftar tetap yang terdiri dari dua grup. Grup pertama merupakan daftar siswa dengan prestasi dan motivasi belajar yang tinggi, sementara grup kedua memuat daftar siswa dengan prestasi dan motivasi yang rendah.
2. Membentuk Kelompok
Berdasarkan daftar tetap yang telah jadi pada langkah pertama tersebut, kita buat pengelompokkan siswa yang beranggotakan empat sampai dengan enam siswa dari grup lower dan dua siswa dari grup upper. Faktor-faktor non akademis misalnya keakraban dan jarak rumah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan kelompok ini, mengingat pelaksanaan tutorial dapat dilaksanakan di rumah salah satu siswa yang menjadi anggota kelompoknya. Untuk membuat kesan yang fun (menyenangkan) namun masih dalam konteks mendidik, kelompok-kelompok tutorial tersebut dapat dinamai dengan nama-nama tokoh terkenal misalnya Enstin, Edison dan sebagainya. Masing-masing kelompok dipilih ketua dan sekretaris sekaligus sebagai tutor dari anggota kelompoknya yang berasal dari grup upper. Hal ini akan mempermudah guru pada waktu mengadakan koordinasi antar kelompok dalam satu sekolah sekaligus mengadakan koordinasi tutor.
3. Program Pelatihan Tutor
Sebelum pelaksanaan tutorial, perlu diadakan pelatihan terhadap calon tutor sebaya yang telah ditetapkan. Materi pelatihan antara lain (1). Materi cara penyelesaian soal matematika secara umum (2). Materi metode belajar matematika yang efektif (3). Materi teknik motivasi (4). Persepsi tentang pendidikan pada umumnya dan (5). Materi lain yang relevan sesuai kebutuhan.
4. Pelaksanaan Tutorial
Waktu dan tempat pelaksanaan tutorial diserahkan sepenuhnya kepada kelompok masing-masing, misalnya pada waktu sore hari di sekolah atau di rumah salah seorang siswa. Pada waktu tertentu, guru dapat memberikan materi tutorial dengan mengacu pada materi pembelajaran di kelas yang dipandang perlu oleh guru. Guru sesekali perlu membiarkan materi tutorial yang akan dibahas sesuai dengan kesepakatan anggota kelompoknya.
5. Koorninasi dan Konsultasi dengan guru
Guru perlu memantau keefektifan pelaksanaan program tutorial sebaya tersebut, dengan mendatangi pertemuan tutorial mereka secara terjadwal atau sesekali cukup menanyakan kepada tutor. Perlu juga diprogramkan adanya pertemuan antar tutor dari semua kelompok yang ada di semua kelas paralelnya. Guru hendaknya menghadiri pertemuan antar kelompok ini. Dalam pertemuan ini para siswa dapat saling sharing tentang permasalahan dan cara mengatasinya dikelompoknya masing-masing, sehingga diharapkan para tutor akan semakin kaya dengan masalah dan cara mengatasinya dari pengalaman kelompok lain. Jika ada masalah yang tidak dapat dipecahkan dalam pertemuan ini, dapat dikonsultasikan dengan guru matematika.
6. Olimpiade Matematika Antar Kelompok
Agar antar kelompok mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, perlu di programkan adanya olimpiade matematika, yang khusus diikuti oleh para siswa yang tergabung dalam beberapa kelompok tutorial yang ada dalam satu sekolah.
Hal ini diharapkan semakin dapat menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri bagi beberapa siswa yang lower tersebut. Sekolah diharapkan mendukung dan menfasilitasi even semacam ini, misalnya dengan memberi piagam penghargaan, hadiah pembianaan dan sebagainya.
Keenam langkah pelaksanaan program tutorial sebaya yang telah diuraikan di atas bukanlah harga mati, artinya bahwa guru matematika dapat mengurangi atau menambah langkah-langkah tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan karakteristik siswanya. Utamanya, improvisasi dan variasi yang dilakukan oleh guru, hendaklah semakin menjadikan siswa lebih bergairah dalam belajar dan pembelajaran, sehingga para siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan pada gilirannya diharapkan mempunyai prestasi belajar matematika yang tinggi.

C. Hasil dan Manfaat Program Tutorial Sebaya

1. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Program Tutorial sebaya di SMA
Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2004/2005
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang program tutorial sebaya ini, berikut ini disampaikan hasil dari pelaksanaan pembelajaran matematika dengan Program Tutorial Sebaya di SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2004/2005. Mulai Tahun pelajaran 2004/2005, SMA Negeri Colomadu telah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sekolah tempat penulis mengajar ini, berlokasi di Desa Baturan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini berbatasan dengan kota Surakarta bagian barat, sehingga dapat dikatakan bahwa SMA Negeri Colomadu termasuk “sekolah pinggiran”. Dikatakan demikian, karena disamping secara geografis SMA Negeri Colomadu berada di pinggir kota Surakarta, secara akademis prestasinya juga belum begitu menggembirakan, kalau tak boleh dikatakan ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan beberapa SMA yang berdekatan, misalnya SMA Negeri 4 Surakarta, SMA Negeri 5 Surakarta dan SMA Negeri 1 Surakarta. Para lulusan SMP di Kecamatan Colomadu yang secara akademis berprestasi baik biasanya melanjutkan di beberapa SMA yang menurut penilaian masyarakat termasuk kategori “sekolah favorit” tersebut, sementara SMA Negeri Colomadu belum menjadi pilihan utama. Dengan kondisi demikikian ini, wajar jika motivasi dan prestasi belajar para siswa SMA Colomadu masih sangat perlu ditingkatkan, apalagi dalam pembelajaran matematika.
Pada tahun pelajaran 2004/2005, SMA Negeri Colomadu memiliki kelas X sebanyak 280 siswa, yang terdiri 7 kelas parallel, sehingga masing-masing kelas terdiri 40 siswa. Penulis mendapatkan tugas mengajar sebanyak 4 kelas, yaitu kelas X1, kelasX2, kelas X3 dan kelas X4. Dari hasil Nilai Ujian Akhir SMP, secara akademis keempat kelas tersebut mempunyai rata-rata kemampuan akdemis yang relatif sama. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kemanfaatan Program Tutorial Sebaya, penulis hanya menerapkan di 2 kelas, yaitu kelas X1 dan kelas X2, sementara pembelajaran di kelas X3 dan kelas X4 tanpa menggunakan Program Tutorial Sebaya. Program Tutorial Sebaya baru penulis mulai pada pembelajaran di semeter kedua tahun pelajaran 2004/2005, sementara pada semester pertama penulis baru melakukan identifikasi siswa. Dari 80 siswa dari kelas X1 dan kelas X2, terdapat sebanyak 36 siswa termasuk grup lower, yang terdiri 18 siswa dari kelas X1 dan 18 siswa berasal dari kelas X2, sehingga dapat dibentuk 3 kelompok dari kelas X1, masing –masing kelompok terdiri 6 siswa, dan 3 kelompok dari kelas X2., yang masing –masing kelompok terdiri 6 siswa. Masing-masing kelompok didampingi oleh 2 siswa sebagai Tutor Sebaya, yang berasal dari siswa yang termasuk kategori upper, sehingga diperlukan 12 siwa. Agar tidak menimbulkan pertanyaan dari siswa yang tidak termasuk grup lower dan grup upper, semua siswa juga dijadikan kelompok-kelompok yang lain, hanya saja perhatian lebih kita fokuskan kedalam kelompok Program Tutorial Sebaya.
Adapun hasil prestasi belajar matematika dari keenam kelompok Program Tutorial Sebaya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.


TABEL 1.
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PROGRAM TUTORIAL SEBAYA
KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2004/2005


NO

KELOMPOK


NILAI 1

NILAI 2

KENAIKAN NILAI

PROSENTASE
KENAIKAN
1
Enstin
Upper
7.26
7.56
0.30
4.13 %


Lower
3.23
4.55
1.32
40.87 %
2
Edison
Upper
7.51
7.99
0.48
6.39 %


Lower
3.11
4.27
1.16
37.30 %
3
Newton
Upper
7.35
7.89
0.54
7.35 %


Lower
2.67
4.25
1.58
59.18 %
4
Nobel
Upper
7.78
8.01
0.23
2.96 %


Lower
3.35
4.98
1.63
48.66 %
5
Socrates
Upper
7.56
8.21
0.65
8.60 %


Lower
4.02
5.09
1.07
26.62 %
6
Abdul Salam
Upper
7.75
8.20
0.45
5.81 %


Lower
3.99
5.22.
1.23
30.83 %

RATA-RATA
Upper
7.54
7.98
0.44
5.84 %


Lower
3.40
4.73
1.33
39.12 %

Keterangan:
Nilai 1 : Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester I
Nilai 2 : Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester II


Dari Tabel 1, di atas nampak ada kenaikan rata-rata nilai ulangan harian semester kedua dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan harian semester pertama, baik pada grup upper maupun grup lower. Pada pembelajaran semester pertama belum dilaksanakan Program Tutorial Sebaya sementara pada semester kedua pembelajaran sudah menggunakan Program Tutorial Sebaya. Prosentase kenaikan nilai pada grup upper rata-rata sebesar 5.84% dan prosentase kenaikan nilai pada grup lower sebesar 39.12%. Dapat dilihat bahwa pada semua kelompok pada grup lower mengalami prosentase kenaikan nilai yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan prosentase kenaikan nilai pada grup upper.Mungkin sekali hal ini wajar karena memang grup lower mendapatkan perhatian yang lebih, karena memang yang mendapatkan prioritas pada Program Tutorial Sebaya ini adalah grup lower. Walaupun prosentase kenaikan nilai pada grup upper belum tinggi, namun hal ini cukup memberikan indikasi bahwa Program Tutorial Sebaya juga memberi kemanfaatan ganda, baik bagi tutor maupun untuk anggota kelompoknya (grup lower).

2. Manfaat Pelaksanaan Program Tutorial Sebaya
Secara umum Pelaksanaan Program Tutorial Sebaya dapat memberi manfaat beberapa hal berikut:
a. Meningkatkan motivasi dan prestasi siswa yang terlibat dalam Program Tutorial Sebaya, baik bagi siswa grup lower ( siswa yang dibina) maupun bagi siswa grup upper ( tutor ).
b. Menambah kepercayaan diri bagi siswa.
c. Menambah keakraban antar siswa.
d. Meringankan beban tugas guru.
e. Mempersiapkan para siswa untuk mengikuti olimpiade matematika baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun olimpiade tingkat internasional,

IV. PENUTUP

Kesimpulan
1. Motivasi berprestasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan, membina kreativitas dan imajinitas guru, pembinaan disiplin kelas, dan menentukan efektivitas pembelajaran.
2. Peranan Tutor Sebaya antara lain dapat mendekatkan ikatan emosi antara siswa sebaya yang bermasalah (klien) dengan tutor (tutor sebaya), sehingga mengakibatkan meningkatnnya motivasi berprestasi baik tutor maupun klien.
3. Program tutorial sebaya perlu direncanakan secara sungguh-sungguh sebelum dilaksanakan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan tutorial sebaya antara lain: identifikasi siswa, membentuk kelompok, program pelatihan tutor, pelaksanaan tutorial, koordinasi dan konsultasi dengan guru, dan Olimpiade matematika antar kelompok.
4. Hasil dan Manfaat Program Tutorial Sebaya
Pembelajaran dengan Program Tutorial Sebaya yang dilaksanakan pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika para siswa. Kenaikan rata-rata nilai ulangan harian sebesar 39.12% bagi grup siswa yang dibina/ klien dan rata-rata naik sebesar 5.84% untuk grup siswa pembina/tutor.
Pelaksanaan pembelajaran dengan Program Tutorial Sebaya paling tidak dapat memberi manfaat antara lain dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa, menambah kepercayaan diri bagi siswa, menambah keakraban antar siswa, meringankan beban tugas guru dan untuk mempersiapkan siswa untuk mengikuti olimpiade lebih dini.


B. Saran-saran
1. Para guru, khususnya guru matematika sebaiknya memahami dan mengembangkan Program Tutorial Sebaya di Sekolah. Program ini akan mempunyai peran ganda, di satu sisi meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yang dibimbing, serta disisi lainnya dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri Tutor Sebaya.
2. Para siswa hendaknya menanggapi secara positif program Tutorial Sebaya. Kegiatan ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangan diri bersama dan peningkatan motivasi berprestasi bersama.
3. Dukungan dari Masyarakat, Komite Sekolah, Pemerintah serta semua institusi yang terkait dengan pendidikan sangat diharapkan dalam pelaksanaan Program Tutorial Sebaya ini, sehingga memungkinkan semua yang terlibat dalam program ini merasa mendapatkan perhatian dan motivasi.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang keefektifan program Tutorial Sebaya ini, sehingga dapat diketahui kemanfaatnya lebih luas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika khususnya.




DAFTAR PUSTAKA

Clark, Barbara. 1988. Early Childhood Education: Creative Learning Activities. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Dick, Walter & Lou Carey. 1985. The Systematic Design Of Instruction, Third Edition. Florida: Harper Collins Publishers.
Dimyati, Drs. dan Mudjiono, Drs. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djemari Mardapi. Prof.Dr., 2004. Mendeteksi Potensi Anak Didki. Jakarta: Dediknas RI.
.Endang Wahyuningsih,S.Pd.,Endang Suhendar,Drs. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Kurikulum 2004 SMA. Jakarta: Depdiknas RI.
Kerangaka Dasar Kurikulum SMA, 2004. Jakarta: Depdinas RI.
Konsep Belajar Tuntas,2003. Jakarta: Depdiknas RI.
Margeret E. Bell Greder. 1994. Belajar dan Membelajarkan (Edisi Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik, Drs. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Pedoman Bimbingan Konseling SMA. Depdiknas RI, 2003. Jakarta
Peraturan Pemerintah RI, No.25 Tahun 2000.
Ruseffendi, E.T. 1989. Dasar – dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Singgih D. Gunarso, Dr. 1986. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sutrisman Murthado dan Tambuhan. 1987. Pengajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Undang – undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Undang – Undang Dasar Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika.




BIODATA


Drs. Jumbadi, M.Pd., dilahirkan di Sragen, 21 Juni 1964. Sejak kuliah, aktif mengajar dibeberapa sekolah antara lain di SMP Bhakti Praja Kalijambe Sragen, SMEA Tunas Pembangunan Surakarta, SMA Al Islam I Surakarta dan SMA Assalaam Sukoharjo. Lulus dari FKIP UNS Surakarta, Jurusan Matematika tahun 1998. Sejak tahun 1994 sampai sekarang aktif sebagai tenaga pendidik di SMA Negeri Colomadu Karanganyar sekaligus sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum. Disamping itu aktif diberbagai Yayasan Pendidikan antara lain Yayasan Pendidikan Nurul Ilmi Surakarta dan Yayasan Nur Hidayah Surakarta.
Dengan biaya sendiri tahun 2000 menempuh Studi di Program Pasca Sarjana UNS Surakarta, Program Studi Teknologi Pendidikan dan lulus tahun 2002. Hasil Karya Tulis yang telah dimuat di beberapa jurnal Pendidikan antara lain : (1). Strategi Pembelajaran Matematika dengan Sempoa di Kelas Awal Sekolah Dasar (Jurnal Pendidikan Widya Tama LPMP Jawa Tengah, September 2004) (2). Strategi Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).( Jurnal Ilmiah Pendidikan Widya Sari, UKSW Sala Tiga, Januari 2005)